REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Beredar video viral di media sosial (Medsos) seorang bocah berusia tiga tahun bernama Raya meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing gelang. Menanggapi kejadian ini, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi memberi teguran terhadap Bupati Sukabumi Asep Japar.
"Bupati kita tegur loh, kita tegur keras. Ini tidak boleh lagi seperti itu. Sukabumi itu kan problemnya banyak, infrastrukturnya buruk, kemudian sembilan ribu rumah yang terkena gempa belum terehabilitasi. Ini diperlukan kecekatan bupati untuk kerja keras, tidak bisa landai lagi," ujar Dedi di Sabuga ITB, Rabu (20/8/2025).
Setelah adanya peristiwa tersebut, Dedi meminta kepala daerah turut pro aktif terhadap kondisi masyarakat di lingkungannya. Menurutnya, sistem komunikasi di tingkat pemerintah Desa hingga ke kecamatan dan bupati harus ada perbaikan.
"Saya minta untuk proaktif, bukan hanya gubernur yang proaktif. Ini kan gubernur telepon sana sini. Nanti saya bikin koordinator kepala desa tiap kecamatan kemudian ke bupati. Nah nanti masyarakat boleh lapor. Harus lapor ke kepala desanya," katanya.
Kondisi ini, kata Dedi, terjadi karena masyarakat kurang mendapatkan perhatian dan masih bingung untuk melaporkan kondisi waega yang memerlukan bantuan langsung pemerintah. Sehingga, Dedi meminta pola komunikasinya harus diperbaiki.
"Kepala desanya nanti kan WA. Kan cepat lapor ke kecamatan-kecamatan, nanti lapor ke kabupaten, kabupatennya langsung akses ke saya, karena kalau saya langsung akses ke 5 ribu kepala desa, itu WA-nya nanti macam-macam, bukan yang berkepentingan," paparnya.
Dedi mengatakan, kondisi saat ini orang tua korban sudah di Rumah Sakit Welas Asih dan langsung ditangani Pemerintah Provinsi Jabar. Mengingat, kesehatannya mengalami gangguan kejiwaan dan TBC.
"Kita sedang tangani dan kita juga ingin melakukan analisis, apa sih sebenarnya yang terjadi, dan kenapa sampai lolos tidak terperhatikan oleh lingkungan desa setempat, bidan setempat, Puskesmas setempat, dinas kesehatan, bupati," katanya.
Diketahui, kondisi Raya ini diungkap oleh akun media sosial lembaga sosial Rumah Teduh, mereka mengunggah rekaman CT scan dan memperlihatkan bagaimana parasit menyerang organ dalam tubuhnya hingga membuatnya lemah tak berdaya.
Kisah pilu Raya bukan sekadar perkara medis, melainkan gambaran betapa rapuhnya sistem perlindungan anak dan jaring pengaman sosial di negeri ini. Lahir dari orangtua dengan keterbatasan mental, Raya tumbuh tanpa pengasuhan yang layak. Ia sering bermain di kolong rumah panggung yang kotor dan penuh kotoran ayam. Dari sana lah, penyakit perlahan masuk ke tubuh mungilnya.
Pada 13 Juli 2025, Raya dievakuasi Rumah Teduh ke rumah sakit. Namun harapan untuk sembuh terhambat karena persoalan administrasi. Identitas tak jelas, BPJS tidak dimiliki, dan rumah sakit memberi tenggat tiga kali 24 jam untuk pengurusan dokumen. Namun, hingga batas waktu berakhir, dokumen tak kunjung selesai. Hingga akhirnya pada 22 Juli 2025, Raya menyerah dalam kondisi ringkih.