REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Raut wajah Sarwa (59 tahun) terlihat lelah saat mengajak berjalan untuk melihat bak penampungan air yang digunakan oleh seratus lebih warga Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang belum lama ini. Lokasinya melalui jalan setapak, melewati sejumlah area sawah, dan area pemakaman.
Setelah beberapa menit berlalu, pria paruh baya yang terlihat jelas kerutan di wajahnya ini menunjukkan bak penampungan air yang berada lebih atas dari pemukiman warga. Bak berisi air yang berasal dari rembesan mata air di sekitar area sawah.
Karena debit airnya yang sangat kecil dan tidak bisa mengaliri ke seluruh rumah warga, Sarwa menuturkan air dari sawah pun ditampung di bak penampungan agar dapat digunakan oleh masyarakat. Air sawah yang berasal dari bak penampungan mengalir ke tangki air warga yang berada tidak jauh dari pemukiman. Para warga Kampung Cipondok memasang selang dari tangki air agar air dapat mengalir ke rumah masing-masing warga.
"(Sumber) mata airnya kecil jadi ditambah airnya dari air sawah yang mengaliri 47 rumah kurang lebih 100 jiwa," ucap dia yang merupakan Ketua RT 05 RW 02 ditemui belum lama ini di Kampung Cipondok.
Selain digunakan untuk mandi cuci kakus, Sarwa menuturkan air sawah yang mengaliri ke rumahnya digunakan sebagai air minum. Ia menuturkan air sawah tidak langsung dimasak akan tetapi disaring menggunakan filter air.
"Dari sungai itu masuk ke sawah-sawah lalu diambil buat air minum warga. Warga gak tahu apa-apa yang penting ada air, menurut kesehatan itu banyak pestisidanya nanti tumbuh penyakit kalau kelamaan dikonsumsi makanya ada filter di rumah masing-masing," kata dia.
Sarwa menjelaskan filter air digunakan untuk menyaring air sawah agar bening. Terlebih filter air sangat berguna apabila kondisi air sawah tengah keruh akibat hujan.
Apabila air sawah tidak bisa dijadikan air minum, ia menuturkan sebagian masyarakat terpaksa lebih memilih untuk membeli air isi ulang untuk air minum. Penggunaan air sawah untuk kegiatan sehari-hari dan air minum warga, ia menuturkan sudah berlangsung kembali sejak tahun 2024 atau tepatnya setelah mata air Cipondok tertimbun longsor. Seperti diketahui, saat peristiwa longsor tersebut satu warga meninggal dunia akibat tertimbun material longsor.
Sebagian mata air Cipondok pun sudah dimiliki perusahaan PT Tirta Investama pemilik air minum kemasan Aqua yang bersebelahan dengan penduduk Kampung Cipondok. Sebelum longsor atau tepatnya sejak tahun 2019, Sarwa menuturkan masyarakat Kampung Cipondok mengakses air bersih dari mata air Cipondok yang berada di bawah pemukiman warga. Air bersih tersebut mengaliri ke rumah warga melalui pipa-pipa dan dialirkan menggunakan mesin.
"Tahun 2019 datang bantuan dari Aqua ngambil sumber mata air dari bawah pakai mesin cuma yang jadi kendala itu masalah listrik spaneng sampai saya beli stabilizer," kata dia.
Bahkan Sarwa menuturkan beberapa kali mesin pompa air terkena petir yang mengakibatkan warga kesulitan mendapatkan air bersih. Seringkali warga pun mengambil air dari mata air secara manual menggunakan ember atau jerigen meski relatif menyulitkan.
Sebelum tahun 2019, saat bantuan belum ada, ia menuturkan warga masih mengkonsumsi air sawah yang berasal dari bak penampungan di atas pemukiman warga. Sebab, dari lokasi mata air menuju ke pemukiman warga yang berada di atas harus berjalan dengan kontur jalan yang menanjak dan terjal. Sarwa berharap agar masyarakat Kampung Cipondok dapat kembali mengakses air bersih yang berasal dari mata air di area milik PDAM Subang.