Jumat 03 Sep 2021 15:08 WIB

Akses Sekolah Ditutup, Pemkot Diminta Carikan Solusi

Wagub menyayangkan sikap pemilik lahan yang langsung menutup akses jalan sekolah.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Sejumlah siswa SDN 2 Tugu Kota Tasikmalaya keluar melalui pintu belakang sekolah, Jumat (3/9). Mereka terpaksa harus melalui jalan belakang karena akses jalan depan ditutup tembok beton oleh pemilik lahan.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah siswa SDN 2 Tugu Kota Tasikmalaya keluar melalui pintu belakang sekolah, Jumat (3/9). Mereka terpaksa harus melalui jalan belakang karena akses jalan depan ditutup tembok beton oleh pemilik lahan.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum memantau langsung kondisi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Tugu di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, yang akses jalannya ditutup tembok beton, pada Jumat (3/9). Uu memimta, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya segera mencari solusi untuk menyelesaikan masalah itu.

"Harus ada sesuatu yang harus dimusyawarahkan oleh pemilik lahan, karena pemilik tak mau memberikan akses jalan ke sekolah ini," kata dia, Jumat (3/8).

Akses jalan depan menuju SDN 2 Tugu yang biasa digunakan para siswa telah ditutup tembok beton dengan tinggi sekitar 3 meter. Pemiliki lahan sebenarnya sudah menyediakan akses jalan untuk siswa dengan lebar 50 sentimeter. 

Namun, akses itu juga digunakan oleh rumah makan yang berada di wilayah itu. Sementara pemilik rumah makan disebut tak memperbolehkan para siswa melewati wilayahnya lantaraan dianggap dapat mengganggu para pengunjung yang datang.

Alhasil, para siswa terpaksa harus melalui jalan belakang untuk bisa ke sekolah. Jalan melalui belakang sekolah dinilai lebih jauh karena harus memutar. 

Uu meminta Pemkot Tasikmalaya untuk segera mencarikan solusi masalah tersebut. Dengan begitu, warga sekolah dapat dengan nyaman melakukan aktivitasnya. 

"Perlu ada musyawarah. Kalau tak ketemu, pemerintah harus bersikap. Yang jelas ini harus bisa ada akses jalan untuk sekolah. Kita minta dua meter saja," kata dia.

Menurut Uu, hingga saat ini, pemilik lahan yang menutup akses jalan untuk kegiatan sekolah masih belum bisa ditemui. Dia pun menyayangkan, sikap pemilik lahan yang langsung menutup akses jalan sekolah dengan tembok beton. 

"Dia merasa punya sertifikat dan memiliki, tapi kan tidak seperti itu harusnya. Kita hidup di Indonesia. Ada norma sosial kemasyarakatan yang juga dilihat," kata dia.

Menurut Wagub, pagar yang dibuat oleh pemilik laham juga belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Dia menilai, pagar itu juga terlalu tinggi dan menyalahi aturan.

Uu mengatakan, pihaknya akan menunggu pergerakan dari Pemkot Tasikmalaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Apabila tak juga selesai, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar akan turun tangan. "Saya percaya pemkot bisa menyelesaikan ini," kata dia.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, pihaknya akan melihat terlebih dahulu latar belakang masalah itu. Pemkot Tasikmalaya juga akan bahas masalah di lingkungan internal 

"Kalau memang ada yang memiliki, dia mau menggugat ya kita hadapi. Kalau itu milik pribadi dan ada sertifikat, saya tidak keberatan untuk bebaskan lahannya," kata dia.

Kepala SDN 2 Tugu Sri Mulyani mengatakan, pihaknya berencana melakukan musyawarah dengan pemilik lahan pada Senin (6/9). Pertemuan itu juga akan dimediasi oleh pihak terkait. 

"Mudah-mudahan bisa ada solusi. Semoga harapan semua warga sekolah bisa terpenuhi," kata dia.

Salah seorang siswa SDN 2 Tugu, Raihan (9 tahun) mengaku, terganggu dengan ditutupnya akses jalan depan sekolahnya. Akibat jalan depan ditutup tembok, da harus memutar untuk dapat sampai ke sekolahnya. "Lewat belakang jauh, harus mutar," kata dia.

Siswa lainnya, Zulfa (8) juga mengaku, sebelum ditutup tembok, selalu datang ke sekolah melalui depan. Namun, kini dia harus memutar dan masuk lewat belakang sekolah. "Enak lewat depan. Dekat. Maunya lewat depan lagi," kata dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika, akses jalan siswa itu ditutup tembok beton oleh pemilik lahan sejak Januari 2021. Namun, hal itu baru ramai belakangan karena selama ini siswa belajar secara daring. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement