REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Glorifikasi menyambut bebasnya Saiful Jamil dari penjara, setelah menjalani hukuman terkait kasus pelecehan seksual terhadap anak, menuai sorotan negatif dari publik. Salah satunya terhadap Trans TV yang mengundang Saiful Jamil dalam salah satu programnya pada Jumat (3/9) pekan lalu.
Terkait hal itu, Trans TV menyatakan permintaan maafnya. Pihak Trans TV akan menerima kritik dan saran, serta hal ini akan menjadi perhatian khusus oleh mereka.
"Kami menerima kritik dan masukan terkait program Kopi Viral yang tayang di TRANS TV pada hari Jumat, 3 September dengan bintang tamu Saipul Jamil," tulis Trans TV dalam akun IG Story dan akun Twitter mereka, Senin (6/9).
"Kami mohon maaf atas tayangan tersebut. Hal ini menjadi perhatian khusus dan telah melakukan evaluasi menyeluruh untuk menjadi pembelajaran dan perbaikan ke depannya. Terima kasih atas perhatiannya," ujarnya.
Psikolog Keluarga UGM, Sutarimah Ampuni, dalam hal ini mengatakan bahwa kecaman dari masyarakat adalah hal yang wajar. Terutama mengecam medianya, karena media yang mengundang mantan narapidana pedofilia dan diperlakukan dengan hormat sangatlah tidak sensitif.
"Tindakan TV sangat tidak sensitif, sangat tidak tepat kalau mantan narapidana itu diperlakukan seperti itu di media massa, seakan-akan malah seperti pahlawan. Apalagi ini untuk kasus pedofil, menurut saya itu sangat melukai hati, bukan hanya korbannya tapi masyarakat secara umum," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/9).
Hal yang dilakukan media televisi maupun YouTube itu memberikan kesan seolah kesalahan seperti itu adalah acceptable, bahwa itu bukan kesalahan besar dan mudah dimaafkan. Efeknya akan berbahaya, seolah bisa memberi semacam ruang bagi para pelaku lain.
“Mereka akan merasa 'Ah tidak apa-apa nanti orang lupa dengan yang saya lakukan'. Sementara media itu seharusnya menjadi corong untuk menyuarakan nilai-nilai yang harus ditegakkan di masyarakat,” ungkapnya lagi.
"Medianya harus kita kecam, media harus diberi pelajaran bahwa itu tidak tepat sama sekali. Jangan sampai orang punya kesalahan, lalu mendapat reinforcement seperti pahlawan di masyarakat," tambahnya.