Selasa 19 Oct 2021 20:45 WIB

PPKM Level 2, Pemkot Bandung Tetap Siaga

Pemkot Bandung mengantisipasi kembali melonjaknya kasus Covid-19.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Irfan Fitrat
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung Rosye Arosdiani.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung Rosye Arosdiani.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Kota Bandung masuk daerah kriteria Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 per 19 Oktober 2021, dari sebelumnya Level 3. Meski demikian, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tetap bersiaga mengantisipasi potensi penyebaran Covid-19, termasuk menghadapi kemungkinan adanya gelombang ketiga atau lonjakan kasus.

Hingga Senin (18/10), dilaporkan total terdata 42.589 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bandung, dan 93 di antaranya masih dalam status aktif. Adapun 41.074 orang lainnya dilaporkan sembuh, dan 1.422 orang meninggal dunia.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Rosye Arosdiani, angka positivity rate Covid-19 kini 0,14 persen. “WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan positivity rate di bawah lima persen artinya terkendali. Jadi, kita cukup percaya diri mengatakan bahwa kondisi Covid di Kota Bandung saat ini pada kondisi terkendali,” kata dia, Selasa (19/10).

Namun, Rosye mengharapkan masyarakat tidak lengah akan potensi penyebaran Covid-19 karena pandemi belum berakhir. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, kata dia, ada prediksi potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 atau peningkatan kasus pada akhir tahun ini. Lantaran itu, warga diingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) 5M. Menurut dia, pemkot juga tetap menyiagakan upaya 3T (testing, tracing, treatment). “Karena kemungkinan-kemungkinan ke depannya apakah akan ada lonjakan (kasus) lagi kita tidak pernah tahu,” ujarnya.

Menurut Rosye, sampai Senin, pemeriksaan sampel tes Covid-19 di laboratorium mencapai 4.000-5.000 setiap harinya, baik dari tes PCR maupun rapid antigen. Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, kata dia, pengetesan dikuatkan di tingkat puskesmas. Bukan hanya untuk kontak erat kasus Covid-19, tapi juga terhadap pasien penyakit lainnya. Misalnya pasien ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), batuk, atau pilek. “Itu semuanya harus sudah dipastikan apakah memang Covid atau bukan, dan itu dilaksanakan di puskesmas,” kata dia.

Rosye mengatakan, pihaknya juga melakukan pelacakan untuk mengantisipasi masuknya varian baru Covid-19. Menurut dia, langkah tersebut tetap dilakukan, meskipun tren kasus menurun. Sejauh ini, kata dia, yang ditemukan masih dari varian Delta. “Mudah-mudahan jangan ada dari varian lainnya,” ujarnya.

Mengantisipasi peningkatan kasus, menurut Rosye, tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit juga tetap disiagakan. Saat ini, kata dia, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) pasien Covid-19 di rumah sakit sekitar 6,52 persen. Di mana dari 1.059 tempat tidur yang tersedia di 30 rumah sakit rujukan, yang terisi hanya 69. “Ketika kasus menurun pun bukan berarti tempat tidur isolasi untuk Covid menjadi tidak ada. Tetap disiapkan,” kata dia.

Selain itu, vaksinasi Covid-19 terus digencarkan. Ada 1.952.358 orang yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 di Kota Bandung. Hingga 18 Oktober 2021, dilaporkan 1.766.496 orang sudah menjalani vaksinasi dosis pertama. Rosye mengatakan, cakupan vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 90,48 persen dan dosis kedua 68,44 persen.

Wali Kota Bandung Oded M Danial berharap target vaksinasi bisa segera tercapai. “Harapan saya mudah-mudahan target Desember sudah selesai, insyaallah,” ujar Oded. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement