"Sebelum kegiatan itu tak ada izin ke keluarga. Kalau minta izin, saya juga mungkin menyortir. Tidak langsung mengizinkan," kata dia.
Sebelumnya, kegiatan susur sungai yang dilakukan MTs Harapan Baru di Sungai Cileueur pada Jumat (15/10) mengakibatkan 11 siswa meninggal dunia. Para siswa itu meninggal karena tenggelam saat melintasi Sungai Cileueur.
Dendeu mengatakan, kegiatan tersebut memang sudah diprogramkan oleh madrasah. Pihak madrasah juga sudah melakukan survei ke sejumlah lokasi yang akan dikunjungi dalam kegiatan itu.
"Tiga hari sebelunnya sudah dilakukan survei lokasi. Dari pemasangan tanda penunjuk arah dan persiapan lainnya," kata dia.
Menurut dia, kegiatan itu memang sengaja dilakukan untuk memperkenalkan siswa dengan lingkungan di sekitar madrasah. Dalam rangkaian kegiatan, rute yang dilalui memang ada yang melintasi Sungai Cileueur.
Ia menjelaskan, di Sungai Cileueur, para siswa diajarkan untuk menjaga lingkungan dengan membersihkan sampah yang ada di sekitar aliran dari bantaran sungai itu. Kegiatan itu semua berjalan lancar.
Setelah kegiatan bersih-bersih, para peserta kemudian dikumpulkan. Pembina selanjutnya memberikan pengarahan untuk kembali ke madrasah, dengan melintasi sungai.
"Memang harus melintas sungai. Namun sudah kita perkirakan sungai itu dangkal. Ketika itu, ada beberapa anak yang duluan dan tergelincir," kata Dendeu.
Ia menyatakan, kejadian itu merupakan musibah yang tidak direncanakan. Menurut dia, tak ada seorang pun yang menginginkan kejadian tersebut.
Dendeu menyebutkan, kegiatan itu diikuti oleh ratusan orang, yang terdiri dari 145 siswa kelas VII, 10 siswa kelas IX, 15 orang siswa MA, dan 12 orang guru pembina. Dalam kegiatan itu, terdapat 13 orang yang tenggelam. Dua orang dinyatakan selamat, sementara 11 orang yang seluruhnya siswa meninggal dunia.