REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut terus mewaspadai potensi penyebaran Covid-19, khususnya varian omicron. Terlebih di beberapa daerah sudah bermunculan kasus omicron.
Menurut Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut Leli Yulani, upaya antisipasi peningkatan kasus Covid-19 sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu. Hal itu terkait dengan aktivitas masyarakat pada momen libur Natal dan tahun baru.
Adapun awal tahun ini mulai bermunculan kasus omicron. “Sejauh ini tidak terlalu ada kenaikan kasus (Covid-19) signifikan. Meski begitu, kami juga harus hati-hati dengan adanya kenaikan kasus omicron di berbagai tempat,” kata Leli kepada Republika.co.id, Kamis (20/1/2022).
Leli menilai, kenaikan kasus omicron di daerah lain, terutama Jakarta, bisa berdampak terhadap Garut. Menurut dia, mobilitas masyarakat yang keluar masuk Garut dari dan ke Jakarta terbilang tinggi. Selain itu, kata dia, objek wisata di Kabupaten Garut pun ramai dikunjungi warga dari luar daerah setiap pekannya.
Mobilitas warga dari luar daerah ini dikhawatirkan dapat meningkatkan potensi penyebaran Covid-19 varian omicron. Terlebih, Leli menilai, saat ini masyarakat di Garut mulai kendur dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Berdasarkan pantauannya, kata dia, banyak warga yang mulai abai prokes, utamanya soal penggunaan masker. “Seperti hidup biasa dan banyak yang lepas masker masyarakat sekarang. Ini harus diingatkan lagi,” katanya.
Selain mengingatkan soal prokes, Dinkes Kabupaten Garut berupaya terus menggencarkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 primer. Hingga 19 Januari 2022, dilaporkan cakupan vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 81,9 persen dari sasaran. Adapun dosis kedua baru 39,9 persen.
Vaksinasi dosis ketiga (booster) juga sudah berjalan. “Booster sudah dilaksanakan. Namun, itu belum jadi fokus utama. Fokus utama kami sekarang ke anak dan dosis kedua,” ujar Leli.
Dalam upaya mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, Leli mengatakan, tempat isolasi di rumah sakit tetap disiagakan. Begitu juga tempat isolasi terpusat. Menurut dia, ada tiga rumah sakit yang selalu disiagakan untuk penanganan kasus Covid-19, yaitu RSUD dr Slamet, RS Guntur, dan RS Medina.
Pemerintah daerah juga tetap menyiagakan tempat isolasi terpusat di Rusun Gandasari dan Islamic Center. Selain itu, pemerintah daerah tengah mengupayakan tempat isolasi terpusat di wilayah selatan Garut. Menurut Leli, opsinya sementara ini adalah hotel. “Kami masih survei dan analisis standar biayanya,” ujar dia.
Direncanakan tempat isolasi terpusat itu untuk menampung pasien tanpa gejala atau bergejala ringan, apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19. Sementara pasien bergejala sedang dan berat rencananya diprioritaskan di RSUD Pameungpeuk.
Ihwal penggunaan puskesmas untuk tempat isolasi pasien Covid-19, menurut Leli, dapat menjadi opsi terakhir. “Kalau rumah sakit dan tempat isolasi terpusat sudah penuh, ya puskesmas digunakan lagi. Namun, itu opsi terakhir, soalnya itu kan (puskesmas) untuk penanganan selain Covid. Nanti masyarakat bingung harus ke mana kalau sakit,” kata dia.