REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran memastikan gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Pangandaran pada Selasa (3/1/2023) tidak berdampak signifikan. Gempa berkekuatan magnitudo (M) 4,9 hanya berdampak guncangan yang dirasakan masyarakat di daerah itu.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran, Kustiman mengatakan, dampak gempa bumi itu hanya dirasakan seolah ada truk yang melintas oleh masyarakat di Kabupaten Pangandaran. Dia menambahkan, hingga Selasa siang, belum ada laporan kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
"Sampai siang ini, tidak ada dampak signifikan, tidak ada laporang kerusakan pascagempa di Pangandaran. Gempa itu juga kan tidak berpotensi tsunami," kata dia saat dihubungi Republika.co.id.
Dia juga mengimbau, masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pastikan informasi hanya bersumber dari BMKG atau BPBD.
"Di Pangandaran tidak ada kepanikan berlebih. Pangandaran masih aman untuk dikunjungi," ujar Kustiman.
Sebelumnya, BMKG melaporkan kejadian gempa bumi di wilayah Pangandaran pada Selasa sekitar pukul 06.55.20 WIB. Berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa bumi terletak di koordinat 8,14 LS dan 107,88 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 83 km barat daya Kabupaten Pangandaran di kedalaman kilometer.
Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempabumi ini dirasakan di wilayah Garut, Pangalengan, Bungbulang, Pameungpeuk, Sindangbarang, dan Cidaun, dengan Skala Intensitas III MMI, di Pangandaran, Tasikmalaya, Cisompet, dan Kota Banjar dengan Skala Intensitas II - III MMI, serta di Sukabumi, Cianjur dan Kabupaten Bandung dengan Skala Intensitas II MMI. BMKG memastikan gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.