Kamis 05 Jan 2023 12:11 WIB

BMKG: Cuaca Dingin di Bandung Masih Normal

MKG mencatat pada awal Januari tahun 2023 suhu udara antara 19,4 - 21 derajat Celcius

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Awan mendung masih menggelayut di atas Kota Bandung. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Awan mendung masih menggelayut di atas Kota Bandung. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan cuaca dingin yang dirasakan oleh masyarakat Bandung Raya masih dikategorikan normal. Tercatat pada bulan Desember tahun 2022 suhu udara mencapai 19,4 derajat Celcius dan di awal tahun 2023 dalam kondisi suhu yang sama.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, masyarakat melaporkan jika suhu udara menjelang pagi terasa lebih dingin dibandingkan kondisi biasa. Namun, data menunjukkan suhu udara pada Desember 19,4 derajat celcius.

Baca Juga

"Temperatur minimum normal untuk bulan Desember adalah 19,4 derajat celcius atau temperatur minimum yang terjadi tidak lebih rendah dari temperatur minimum normal bulan Desember," ujarnya melalui keterangan resmi, Kamis (5/1/2023).

Dia mengatakan, BMKG mencatat pada awal Januari tahun 2023 suhu udara antara 19,4 hingga 21 derajat celcius di pagi hari. Kondisi cuaca dingin yang terjadi tidak lebih rendah dari kondisi normal yaitu 19,2 derajat celcius.

"Kondisi ekstrim berupa cuaca dingin ini disebabkan oleh dua hal pertama mulai menguatnya Monsun Asia yang juga menjadi penanda wilayah Jawa Barat mulai memasuki puncak musim hujan," katanya.

Dia mengatakan, penguatan Monsun Asia biasa diikuti oleh cold surge  yang memasuki wilayah Jawa Barat melalui Selat Karimata. Penguatan Monsun Asia dan cold surge menyebabkan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat meningkat.

"BMKG Bandung mencatat kecepatan angin maksimum bulan Desember 2022 adalah 35,2 kilometer per jam, sedangkan rata-rata kecepatan angin maksimum untuk bulan Desember adalah 22,6 kilometer per jam," katanya.

Selain itu rata-rata kecepatan angin maksimum bulan Desember 2022 sebesar 23,3 kilometer per jam yang juga lebih tinggi dari nilai normalnya. Teguh menambahkan penyebab dingin lainnya yaitu pertumbuhan awan yang tinggi dimulai dengan proses evaporasi.

"Proses evaporasi yang terjadi nyaris sepanjang hari menyebabkan temperatur lingkungan menurun. Selain itu, tingginya kecepatan angin juga menambah efek penurunan temperatur oleh karena proses pendinginan lokal tubuh manusia atau makhluk hidup pada umumnya," katanya.

BMKG mengimbau, masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana angin kencang dan bencana hidrometeorologi lainnya di musim hujan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement