Jumat 06 Jan 2023 15:51 WIB

UMJ : Komunikasi Politik Publik Jelang Pemilu Jangan Sampai Tak Beradab!

Elit politik dan masyarakat perlu menjaga etika dalam melakukan komunikasi politik.

Ilustrasi Pemilu
Foto:

Keadaban Komunkasi Politik Indonesia Rendah

Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip UMJ, DR Aminah Swarnawati, mengakui kualitas komunikasi politik Indonesia di era digital ini memang rendah. Peringkatnya berada pada posisi ketiga terbawah (posisi 67) dari peringkat 70 negara yang ada di dunia. Sehingga dapat dipahami bila banyak disebut komunikasi politik dengan menggunakan media digital Indonesia tidak mencerminkan budaya bangsa yang selama ini dikenal dengan sopan.

 ‘’Lalu siapa yang tidak sopan itu? Jawabnya ternyata ada pada kategori generasi boomer yang lahir pada 1960-an dan generasi X yang lahir pada era 1970-an. Sedangkan generasi sesudahnya ternyata cara komunikasinya lebih sopan. Jadi tampaknya ada kendala mengenai literasi media pada kedua generasi itu sebab merupakan generasi transisi dari komunikasi memakai sarana analog beralih ke sarana digital,’’ tegas Aminah.

Sementara politisi dari Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), I Gede Pasek Suradika, menyatakan memang saat ini etika politik menjadi tantangan sehari-hari dalam menyampaikan serta berbagai pesan politik. Keadaanya sangat beragam, bahkan terjadi perbenturan keras bahkan debat yang kasar atau kasar,

‘’Kini kendala komunikasi politik di media digital yang semakin hari kian dekat Pemilu 2024 menjadi penuh dengan hujatan. Padahal seharusnya kita bukan bicara soal kebelakang, namun membahas persoalan kebangsaan ke depan. Akibatnya, hal-hal pribadi diungkit serta disebarkan. Sayangnya belum ada sistem hukum yang secara tegas dan adil memayunginya,’’ kata Gede.

Pakar komunikasi politik, Prof DR Bachtiar Aly mengatakan memang sekarang ini muncul suatu situasi di mana seorang, termasuk tokoh, banyak yang asal bicara. Mereka tak paham bahwa mereka itu merupakan sosok teladan dalam berkomunikasi.

‘’Maka itulah sangat wajar bila kesan yang kemudian muncul misalnya bila pejabat masa kini banyak yang niretika. Keteladanan ditanggalkan atau dilupakan. Mereka bersikap seperti itu juga tampaknya karena terdesak keadaan karena meski masih menjadi pejabat, pada saat sekarang mereka sudah memikirkan jabatan yang akan bisa diperolehnya setelah Pemilu 2024. Situasi inilah yang menyebabkan mengapa komunikasi elit dan publik di masa kini tak sopan atau tak beradab. Maka ke depan perlu dikembangkan komunikasi yang penuh empati,’’ tegas Bachtiar Aly.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement