REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, masih menyiapkan rencana bantuan perbaikan rumah warga yang terdampak gempa magnitudo 4,3. Dikabarkan ada ratusan rumah terdampak gempa yang terjadi pada Rabu (1/2/2023) itu.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Satria Budi, berdasarkan data terakhir, ada 511 rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa. “Total yang terdampak itu ada 511, baik rusak ringan, sedang, dan berat,” kata dia, saat dihubungi Republika, Rabu (15/2/2023).
Satria mengatakan, pihaknya akan mengupayakan warga terdampak gempa mendapat bantuan perbaikan rumah. Namun, ia belum bisa memastikan besaran bantuan yang akan diberikan. Menurut dia, apabila ada bantuan, akan disesuaikan dengan kemampuan APBD Garut.
“Akan dilihat dulu kemampuan APBD. Kami juga berharap ada gotong royong dari masyarakat maupun swasta. Karena, kalau semua dibebankan ke pemda (pemerintah daerah), pasti terbatas,” ujar Satria.
Sebelumnya, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman juga mengatakan, Pemkab Garut akan menyesuaikan bantuan perbaikan rumah warga terdampak gempa dengan kemampuan APBD. Pemkab melakukan verifikasi untuk memastikan rumah warga rusak akibat gempa.
“Jadi, kalau rusak ringan, paling maksimal Rp 2,5 juta, yang sedang maksimal Rp 5 juta, dan yang berat maksimal Rp 25 juta. Kalau Rp 50 juta itu relokasi, tapi ini kan tidak ada relokasi. Ini akan dihitung langsung oleh (Dinas) Perkim, sehingga nanti diketahui jumlah kerugiannya berapa,” kata Helmi.
Dalam upaya mengantisipasi gempa, Satria mengatakan, BPBD Kabupaten Garut akan menyosialisasikan langkah mitigasi. Khususnya untuk wilayah Kecamatan Samarang dan Pasirwangi, yang masuk jalur sesar Garsela. “Kami akan terus sosialisasi untuk masyarakat memperkuat struktur bangunan agar tahan gempa,” kata Satria.
Menurut Satria, masyarakat harus mulai sadar untuk membangun rumah tahan gempa. Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak memaksakan diri membangun rumah di tempat yang rawan bencana, seperti di bibir tebing. “Kami juga akan menunggu rekomendasi dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi),” ujar Satria.