Sabtu 25 Feb 2023 07:29 WIB

Produk Kulit Asal Garut Tampil di Indonesia Fashion Week 2023

Industri kerajinan kulit di Garut memiliki sejarah yang panjang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yusuf Assidiq
Berbagai produk kerajinan kulit di sentra insdustri kulit Sukaregang, Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Berbagai produk kerajinan kulit di sentra insdustri kulit Sukaregang, Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Berbagai produk busana asal Kabupaten Garut tampil memukau dalam ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2023 di Jakarta Convention Center, Jumat (23/2/2023). Karya-karya itu merupakan hasil kolaborasi antara perancang busana Poppy Dharsono dan para perajin asal Garut.

Bupati Garut, Rudy Gunawan, mengaku bangga produk dari daerahnya dapat terlibat dalam ajang fesyen akbar di tanah air ini. Menurut dia, itu tak lepas dari tangan Poppy Dharsono, yang sejak dua tahun belakangan aktif membuat industri kulit di Garut meningkat dari sisi kualitas.

"Kulit Garut merupakan kulit yang sangat luar biasa, sudah ada sejak 100 tahun lalu, tapi ketika dikurasi oleh Ibu Poppy dua tahun lalu, ternyata banyak hal yang harus diperbaiki dari sisi kualitas," kata dia.

Rudy menjelaskan, Poppy telah banyak memberikan edukasi dan pelatihan kepada para perajin kulit di Garut. Alhasil, produk kerajinan kulit asal Garut yang dihasilkan dari perajin-perajin Garut bisa makin mendunia.

Dalam IFW 2023, terdapat 24 kreasi busana yang ditampilkan di atas catwalk. Bukan hanya produk busana olahan kulit, produk busana lain seperti tenun sutra dan batik Garutan juga tampil sutra dalam ajang yang disaksikan oleh beberapa duta besar negara sahabat seperti Jepang, Prancis, Kamboja, hingga Italia.

Menurut Rudy, berkat bantuan Poppy Dharsono juga, Kabupaten Garut bisa terlibat dalam perhelatan Women 20 (W20) sebagai salah satu rangkaian dari Group of Twenty (G20) di Bali tahun lalu. Bahkan, Garut juga berkesempatan mengikuti pameran kulit internasional di Milan, Italia.

Rudy juga mengapresiasi Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil (Menkop UKM), Teten Masduki, yang telah banyak mendukung pengembangan UMKM di Garut. "Bapak Menteri telah memberikan support anggaran sekitar Rp 12 miliar untuk membuat rumah produksi bersama di Garut. Nanti akan ada profesional di bawah bimbingan Ibu Poppy dengan Koperasi Cinta Carma Bella, tentu ini akan membuat Garut lebih baik lagi," kata dia.

Membangun industri kulit

Menkop UKM Teten Masduki mengatakan, pihaknya memiliki rencana besar untuk membangun industri kulit di Garut. Sebab, menurut dia, usia industri kulit asal Garut hampir sama dengan produk kulit kenamaan asal Italia, yaitu Gucci.

"Awalnya sama bikin saddle kuda, cuma perkembangannya yang sangat jauh. Nah ini yang kita harus kejar. Jadi kita sekarang semangat untuk membangun industri fesyen, termasuk yang berbahan baku leather, kulit," kata dia.

Menurut dia, untuk membangun industri fesyen harus ada produk yang berkualitas. Ia meyakini hal itu dapat dilakukan, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya dengan wastra.

Selain itu, para desainer di Indonesia memiliki selera yang tinggi. "Dua hal ini perlu kita gali dan kembangkan," ujar Teten.

Karena itu, pihaknya bersama Poppy Dharsono akan membangun rumah bersama pengolahan kerajinan kulit di kabupaten ini. Di tempat itu akan disediakan peralatan pengolahan yang modern.

Selain itu, di rumah itu pula nantinya dilakukan pengembangan. Tujuannya tak lain untuk membuat UMKM asal Kabupaten Garut bisa melakukan produksi di tempat itu dengan biaya yang tak terlalu mahal, sehingga produk kerajinan busana olahan kulit bisa makin berkualitas. "Garut kita ubah bukan kota dodol, tapi kota fesyen," kata Teten.

Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Poppy Dharsono, mengungkapkan, kerajinan kulit di Garut memiliki sejarah yang panjang.

Industri itu lahir pada 1921, ketika Hindia Belanda membuat pabrik kulit di Garut untuk menyuplai kebutuhan pelana kuda. Sejak saat itu, industri pengolahan kulit makin berkembang hingga hari ini

"Sejak 12 tahun yang lalu ketika IFW hadir, saya sudah ingin membantu mereka (industri olahan kulit Garut). Karena, tiap kali mengikuti pameran, produknya begitu-begitu saja," kata Poppy.

Padahal, industri kerajinan olahan kulit memiliki potensi yang besar. Karena itu, ia berniat untuk mengembalikan industri olahan kulit seperti masa kejayaanya. Caranya tak lain dengan meningkatkan kualitas kerajinan kulit di Kabupaten Garut.

"Saya akan memanggil expert dari Itali, untuk (meningkatkan kualitas) kulit, tas, dan juga untuk sepatu," kata dia.

Namun, masalahnya hadir ketika para pakar dari luar negeri itu hendak melakukan pelatihan, di Garut belum ada tempat yang memadai. Alhasil, Pemkab Garut bersama Kemenkop UKM menginisiasi membangun rumah bersama.

"Jadi kalau para pengrajin itu ingin membuat sepatu (hingga) tas yang lebih baik bisa di rumah bersama itu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement