Senin 06 Mar 2023 16:45 WIB

Tukang Becak Banting Setir jadi Peternak Jangkrik, Omset Jutaan Rupiah Tiap Bulan

Jangkrik dijualnya dengan harga Rp 20-30 ribu per kilogram, tergantung musim.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Warsan (62 tahun) lansia binaan Rumah Zakat asal Desa Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu yang banting setir dari tukang becak menjadi peternak jangkrik beromset jutaan rupiah, Senin (6/3/2023).
Foto: Lilis Sri Handayani/Republika
Warsan (62 tahun) lansia binaan Rumah Zakat asal Desa Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu yang banting setir dari tukang becak menjadi peternak jangkrik beromset jutaan rupiah, Senin (6/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada 2020 silam, pernah membuat nasib Warsan (62 tahun) menjadi terpuruk. Pengayuh becak yang biasa mangkal di Pasar Baru Indramayu itu kehilangan pelanggan akibat pembatasan kegiatan masyarakat yang ditetapkan pemerintah.

Padahal, becak itu menjadi mata pencaharian utama bagi Warsan sejak usianya masih muda. Dengan penghasilan sekitar Rp 40 ribu per hari, kayuhan becak itu telah menghidupi istri dan enam orang anaknya.

Alhasil, Warsan tidak lagi memiliki penghasilan. Becak miliknya pun hanya terparkir di depan rumahnya di Desa Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Padahal, anak dan istrinya harus tetap makan.

Beruntung, di tengah ketiadaan penghasilan, ada seseorang yang memberi Warsan modal untuk beternak jangkrik. Modal itu berupa telur jangkrik, yang harus ditetaskan dan diternakkannya sendiri.

 

photo
Warsan (62 tahun) lansia binaan Rumah Zakat asal Desa Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu yang banting setir dari tukang becak menjadi peternak jangkrik beromset jutaan rupiah, Senin (6/3/2023). - (Lilis Sri Handayani/Republika)

 

Warsan pun menyanggupinya. Dia lantas membuat kandang jangkrik, untuk menetaskan telur jangkrik tersebut dan menernakkannya hingga siap panen pada usia jangkrik mencapai satu bulan.

Kotak kandang jangkrik itu terbuat dari kayu berukuran sekitar 1 X 2 meter. Sebagai media ternak, di dalam kandang itu diberikan tray (tempat telur ayam) bekas yang ditambahkan dedaunan kering, terutama daun pisang.

''Saya banting setir jadi peternak jangkrik untuk meningkatkan penghasilan agar bisa menafkahi anak dan istri,'' kata Warsan, saat ditemui di rumahnya, Senin (6/3/2023).

Dengan penuh ketekunan, Warsan terus menggeluti usaha menernakkan jangkrik tersebut. Saat umur jangkriknya mencapai satu bulan, orang yang dulu memberinya telur jangkrik itu datang untuk membeli jangkriknya. Begitu seterusnya. Karenanya, dia tidak perlu pusing mencari konsumen.

Usaha ternak jangkrik yang dijalankan Warsan semakin berkembang dengan adanya bantuan dari Rumah Zakat. Melalui program Lansia Berdaya, Rumah Zakat memberinya bantuan modal.

''Awalnya hanya punya dua kotak (kandang jangkrik). Sekarang sudah ada empat kotak,'' terang Warsan.

Warsan mengatakan, dari empat kotak kandang jangkrik itu, dia bisa panen jangkrik sekitar 75 kilogram per bulan. Jangkrik tersebut kemudian dijualnya dengan harga di kisaran Rp 20 ribu - Rp 30 ribu per kilogram, tergantung musim. 

Musim kemarau menjadi saat dimana harga jangkrik mengalami kenaikan menjadi sekitar Rp 30 ribu per kilogram. Pasalnya, produksi jangkrik di musim kemarau lebih sedikit dan tantangannya pun lebih sulit dibandingkan saat musim hujan.

Jangkrik tersebut banyak diburu oleh para pecinta burung, untuk dijadikan makanan untuk burung peliharaan mereka. ''Alhamdulillah, dengan beternak jangkrik, saya bisa tetap dapat penghasilan walau sudah tidak narik becak lagi,'' tutur Warsan, yang juga mengaku tenaganya kini sudah tak kuat lagi untuk menarik becak seperti dulu.

Sementara itu, Relawan Inspirasi Rumah Zakat Desa Tegalurung, Lastri Mulyani, mengatakan, bantuan yang diberikan kepada Warsan merupakan salah satu program Rumah Zakat, yakni program Lansia Berdaya. 

''Jadi kita berikan modal untuk lansia supaya di masa tuanya mereka tetap produktif dan mandiri,'' kata Lastri.

Lastri pun secara intens memantau perkembangan usaha ternak jangkrik yang dijalankan oleh Warsan. Rencananya, bantuan untuk Warsan akan kembali ditambah pada tahun ini sehingga usahanya akan lebih berkembang lagi.

Lastri menambahkan, selama ini program Rumah Zakat di Desa Tegalurung juga bergerak di berbagai bidang lainnya. Yakni, bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement