Rabu 07 Jun 2023 17:18 WIB

Sepanjang 2023, Puluhan Bencana Landa Sukabumi, dari Longsor, Angin Topan, Hingga Banjir

Mayoritas bencana di Sukabumi adalah tanah longsor.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Karta Raharja Ucu
Tanah longsor di Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Sepanjang 2023 Kota Sukabumi dilanda 63 bencana alam.
Foto: bpbd kota sukabumi
Tanah longsor di Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Sepanjang 2023 Kota Sukabumi dilanda 63 bencana alam.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Selama Januari sampai Mei 2023, Kota Sukabumi dilanda 63 kali bencana alam. Dari puluhan bencana tersebut mayoritas bencana tanah longsor.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi menyebutkan, dari 63 kejadian bencana tersebut Januar (1 kasus) Februari (16 kasus), Maret (25 kasus). Sementara April 2023 dilaporkan terjadi sebanyak 10 kasus bencana.

''Terakhir pada Mei 2023 dilaporkan ada sebanyak 11 kasus sehingga total kejadian Januari hingga Mei sebanyak 63 kejadian bencana,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami, Rabu (7/6/2023). Di mana, dari 63 bencana ini terdiri dari berbagai jenis.

Mayoritas adalah bencana longsor yakni 25 kejadian disusul cuaca ekstrem 17 kejadian, kebakaran permukiman 9 kasus, banjir 7 kejadian, dan angin topan 5 kejadian. Lokasi bencana itu tersebar di beberapa wilayah dan terbanyak di Kecamatan Cikole. Berikutnya di Kecamatan Citamiang, Gunungpuyuh, Warudoyong, Baros dan Lembursitu.

Khusus pada Mei 2023 terang Zulkarnain, kasus bencana yang terjadi sebanyak 11 kejadian. Perinciannya longsor lima kejadian, cuaca ekstrem empat kejadian, dan banjir dua kejadian.

Menurut Zulkarnain, bencana pada Mei menyebabkan dampak pada sebanyak 40 unit rumah dan 20 orang warga terdampak. Belasan kasus bencana ini telah ditangani petugas dan relawan penanggulangan bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat Taufik menambahkan, pihaknya terus mendorong kesiapsiagaan menghadapi bencana. Terutama dengan melibatkan unsur terkait di lapangan.

Sehingga kata Novian, ketika terjadi bencana maka baik petugas, relawan dan masyarakat bisa melakukan langkah penanganan dengan cepat. Terutama dalam menekan munculnya korban jiwa maupun kerugian materiil akibat bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement