REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembang, Kabupaten Bandung Barat tidak hanya dikenal dengan suhu udara yang sejuk dan keindahan alamnya. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah tersebut mulai memantapkan diri sebagai destinasi wisata ramah Muslim di Jawa Barat.
Lantunan suara murottal terdengar lembut dari pengeras suara di koridor penginapan Emaki Al Ma’soem Resort, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Tiap kamar dilengkapi perlengkapan sholat dan terdapat masjid di area hotel membuat suara azan mudah terdengar, menambah suasana khusyuk.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Di area penginapan terdapat skywalk yang dihiasi tulisan Asmaul Husna yang memberikan pengalaman spiritual bagi tamu yang melintas. Tempat itu juga menyediakan aneka kuliner halal dengan cita rasa lezat, serta tempat aktivitas rekreasi panahan dan bersepeda.
Suasana yang sama dirasakan Vini (35 tahun), salah satu warga Bandung Barat masih melekat saat menceritakan pengalamannya menginap di Emaki Al Ma’soem Resort. Dia bersama keluarga besarnya beberapa kali mengunjungi resort tersebut tahun ini.
Baginya, suasana tenang dan terjaga sangat terasa saat berada di Emaki Al Ma'soem Resort. Orang tua pun merasa aman membawa anak-anak berlibur di sana. Area hotel yang luas kerap dimanfaatkan untuk kegiatan keluarga, dari silaturahmi hingga acara kebersamaan.
"Hotelnya lengkap dengan murottal dan disediakan alat sholat juga di kamar. Terus ada masjidnya, jadi kalau azan terdengar jelas,” ucap dia.
Bagi Vini, resort atau hotel ramah Muslim menjadi pilihan ideal bagi wisatawan yang ingin beristirahat. Sekaligus memperdalam nuansa spiritual selama berada di Bandung Raya khususnya di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
"Mereka juga punya program seperti pesantren tapi khusus untuk para ibu. Suasananya tenang, nyaman dan anak-anak juga aman. Rasanya berbeda dari hotel-hotel biasa,” kata Vini.
Emaki Al Ma’soem Resort menjadi salah satu bukti nyata konsep hotel atau resort ramah Muslim menjadi daya tarik tersendiri di Bandung. Sandi Wahyudi Sales Marketing Emaki Al Ma’soem Resort mengatakan tempat ini lahir berawal dari program Pesantren Lansia Al Ma’soem. Kini penginapan ini bertransformasi menjadi resort ramah Muslim dengan fasilitas lengkap dari kolam renang anak, area bermain hingga tempat panahan.
Konsep ini terinspirasi dari program Pesantren Lansia Al Ma’soem yang digagas almarhum pendiri yayasan pada tahun 2020. Sandi mengatakan Emaki Al Ma'soem Resort mulai beroperasi pada 2020 dan terus berkembang pada 2021 dengan mengadakan program pesantren pekanan setiap Senin hingga Kamis.
Pada akhir pekan, Emaki Resort lebih berfokus pada layanan penginapan ramah Muslim bagi wisatawan umum. Terutama keluarga dari luar kota yang berlibur ke kawasan wisata Lembang dan sekitarnya.
"Kapasitas resort mencapai 60 orang dengan 29 kamar, dan pengunjung reguler datang dari berbagai kalangan, termasuk sekolah Islam terpadu, " ucap Sandi.
Manajer Operasional Emaki Resort Soemarmadi mengungkapkan nilai spiritual bagi pihaknya tidak sekadar menjadi simbol akan tetapi juga pengalaman. Karena itu, setiap karyawan rutin mengaji setiap Rabu, dan murottal mengiringi aktivitas tamu sepanjang hari.
“Kami ingin memperlihatkan bahwa Islam itu bersih, nyaman, dan damai,” kata Soemarmadi.
Menariknya, Emaki juga terbuka bagi pengunjung nonmuslim. “Banyak yang datang untuk field trip tanpa menginap. Kami ingin semua tahu bahwa nilai-nilai Islam itu universal,” ucap dia.
Potensi besar
Peluang besar bisnis hotel atau resort ramah Muslim seperti Emaki muncul di tengah momentum luar biasa. Jawa Barat berhasil meraih peringkat pertama nasional dalam Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) tahun 2025. IMTI merupakan hasil kolaborasi CrescentRating, Kemenparekraf, Bank Indonesia, dan Enhaii Halal Tourism Center (EHTC).
IMTI tahun 2025 ini menilai provinsi di Indonesia berdasarkan empat pilar utama yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Jawa Barat meraih skor total 69,6, unggul dalam kategori lingkungan (82,8) dan menduduki peringkat ketiga dalam layanan (75,7) serta komunikasi (67,5).
Dengan capaian itu, Bandung Raya dan Cirebon Raya ditunjuk sebagai kawasan percontohan RIDA Impact Score (RIS), yang menilai praktik etis, pengalaman mendalam, dan jaminan layanan halal. “Prestasi ini tidak lepas dari sinergi pemerintah, akademisi, pelaku industri, media, serta masyarakat,” ucap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Iendra Sofyan.
Pemprov Jabar telah mematangkan konsep Smiling West Java Muslim Friendly Tourism (SWJ-MFT) sejak tahun 2024. Hal ini merupakan program pemeringkatan provinsi pertama di Indonesia yang menilai penerapan pariwisata ramah Muslim.
"Program ini juga ditopang oleh inovasi digital, seperti HalalBot, hasil kolaborasi dengan UPI dan Telkom University. Chatbot berbasis deep learning ini membantu wisatawan Muslim merencanakan perjalanan aman dan nyaman di Jawa Barat, " ucap dia.
Di luar sektor pariwisata, geliat ekonomi syariah juga memperkuat fondasi bisnis hotel syariah. Menurut Sekretaris Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Barat Nur Effendi, ekonomi syariah di provinsi ini tumbuh 15 persen pada 2023, terutama di sektor keuangan syariah dan sosial Islam (ZISWAF) yang tumbuh di atas 24 persen.
Dari data Dinas Pariwisata Jabar, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jabar hingga Agustus 2025 juga mengalami kenaikan hingga 30 persen. Jawa Barat masih menjadi tujuan favorit wisatawan yang sampai Agustus 2025 mencapai 16,64 juta wisatawan. Hasil ini menjadi capaian tertinggi sejak 2021.
“Jabar punya potensi besar jadi pusat ekonomi syariah karena jumlah penduduk Muslim yang besar, banyaknya produk halal, dan dukungan lembaga pendidikan serta pemerintah daerah,” ucap Nur
Ia menuturkan, Jawa Barat juga tercatat sebagai provinsi dengan produk bersertifikat halal terbanyak di Indonesia mencapai 1,3 juta produk. Catatan tersebut menjadi ekosistem penting bagi pertumbuhan hotel dan restoran ramah Muslim, karena rantai nilai halal (halal value chain) terbentuk dari produksi makanan, busana Muslim, hingga perhotelan dan pariwisata.
“Sekarang, dengan adanya Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), dukungan regulasi makin kuat. Kolaborasi lintas sektor berjalan, dan akselerasi industri halal semakin nyata,” tambahnya.
 
                     
                     
      
      