Selasa 13 Jun 2023 05:54 WIB

Sifilis Jadi Kasus Infeksi Menular Seksual Terbanyak di Kota Sukabumi

Dinkes Kota Sukabumi mengimbau warga menghindari seks berisiko.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Kasus penyakit sifilis.
Foto: Republika
(ILUSTRASI) Kasus penyakit sifilis.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Jawa Barat, mendata sifilis menjadi penyakit terbanyak kasus infeksi menular seksual (IMS) pada 2023 ini, hingga Mei. Sifilis atau raja singa hampir setengah dari kasus IMS yang terdata oleh Dinkes.

Berdasarkan data Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, pada periode Januari-Mei 2023 terdata 67 kasus IMS. Kepada Republika, Senin (12/6/2023), Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Sukabumi Wita Darmawanti mengatakan, dari total kasus IMS, 30 di antaranya merupakan penyakit sifilis.

Baca Juga

Perinciannya, pada Januari terdata tiga kasus sifilis, pada Februari delapan kasus, Maret 12 kasus, April tiga kasus, dan pada Mei terdata empat kasus sifilis.

Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini dapat menular melalui hubungan seksual. Termasuk seks berisiko, yaitu bergonta-ganti pasangan atau hubungan seksual sesama jenis. Sifilis juga dapat menular dari ibu kepada anak yang belum lahir.

Selain sifilis, Wita mengatakan, Dinkes Kota Sukabumi juga mendata kasus gonore, sebanyak 20 kasus. Perinciannya, pada Januari sebanyak empat kasus, Februari lima kasus, kemudian April enam kasus, dan pada Mei terdata lima kasus gonore.

Menurut Wita, terdata juga kasus servisitis atau peradangan pada leher rahim (serviks). Ada 17 kasus, dengan perincian pada Januari delapan kasus, Februari tiga kasus, Maret tiga kasus, dan pada April tiga kasus.

Wita mengatakan, pemerintah kota bersama pemerintah pusat dan provinsi berupaya menangani kasus IMS. Seperti dengan penyediaan obat. Namun, kata dia, yang perlu dikedepankan adalah upaya pencegahan. “Kami mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya, untuk menghindari seks yang berisiko,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement