Kamis 20 Jul 2023 06:51 WIB

Melihat Wajah Islam Xinjiang Lewat Seni di Festival Hijrah Republika

Kesenian Xinjiang ini adalah satu kekayaan khasanah keislaman di planet ini.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Penari dari Xinjiang saat tampil dalam gelaran Festival Hijriah di Gedung Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Rabu (19/7/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penari dari Xinjiang saat tampil dalam gelaran Festival Hijriah di Gedung Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Rabu (19/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Opening Festival Hijriah Republika menampilkan beragam hiburan lewat ragam lagu, seni tari, opera hingga akrobat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (19/7/2023) malam. Seni budaya yang ditampilkan puluhan seniman itu menampilkan wajah Islam Xinjiang.  

Dalam acara ini, Kelompok seni Art Troupe Performance membuka pertunjukan dengan tarian dan tabuhan rebana yang merepresentasikan berbagai kelompok etnis di Xinjiang. Penyanyi solo lelaki juga menyuguhkan nyanyian kumpulan lagu-lagu klasik sebagai simbol yang menunjukkan kualitas keramahan orang Tionghoa dari semua kelompok etnis.

Tak ketinggalan, para penampil mempertontonkan seni daerah tarian 'Jula' dari 12 Muqam Uighur. Pada 2005, seni klasik ini masuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Karya seni ini masuk dalam gelombang pertama Daftar Item Perwakilan Budaya Tak benda Nasional pada 2006. 

Muqam adalah seni pertunjukan suku Uighur yang mirip dengan opera, menggabungkan antara musik tradisional, lagu, dan drama. Adapun terjemahan kata Jula dari bahasa Uighur berarti mutiara yang bersinar.

Selain itu, lelompok seni Art Troupe Performance juga menyiapkan pertunjukan akrobat bola kristal yang akan mengombinasikan seni dan beragam permainan. Untuk menghangatkan suasana, mereka juga menyiapkan beberapa lagu rakyat (folksong) yang terkenal di Indonesia, di antaranya Begawan Solo.

Dalam sambutannya, Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi mengaku, senang dengan kehadiran kelompok seni budaya muslim dari Xinjiang. 

"Karena biasanya kita bicara Islam ya Islam Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar atau Islam Timur Tengah. Tapi kali ini, kita coba tampilkan wajah Islam yang lain yaitu dari Xinjiang dan ini adalah satu kekayaan khasanah keislaman di planet ini," ujar Irfan. 

Dalam menggelar Festival Hijriah: Pentas Seni Muslim Xinjiang" ini, Republika bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT).

"Kami gelar acara ini sebagai peringatan karena hari ini adalah tanggal 1 Muharram atau kalau orang Jawa bilang itu satu Suro, sakral Pak, sehingga kalau diperingati ini sebagai sesuatu yang istimewa," ucap Irfan.

Dia menjelaskan, momen hijrah Rasulullah sebagai tanda kalau penanggalan ini adalah momen yang mengandung nilai yang begitu banyak. Di antaranya, ada nilai pemberdayaan dan sustainability. Karena, nilai-nilia yang ditanamkan Rasulullah di Makkah dilanjutkan di Madinah.

"Ada momen Zivilisation di situ, sehingga kita sangat ingin menjadikan acara ini sebagai momen untuk kita bersama-sama kembali meneguhkan komitmen pada penguatan nilai-nilai tersebut," kata Irfan. 

Festival Hijriah Republika ini diharapkan bisa memperkaya perspektif tentang warna-warni kehidupan Islam yang ada di dunia. Setelah menyemarakkan Jakarta, kelompok seni Muslim Xinjiang tersebut juga akan berparade menuju delapam kota lainnya untuk memeriahkan Festival Hijriah, yakni di Depok (22 Juli), Bekasi (24 Juli), Bandung (27 Juli), Cirebon (30 Juli), Semarang (2 Agustus), Solo (5 Agustus), Yogyakarta (7 Agustus), dan Surabaya (10 Agustus).

Sementara itu, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau yang akrab dipanggil Gus Ipul mengapresiasi acara yang digelar Republika pada momentum Tahun Baru Hijriah kali ini. Dia berharap, kegiatan seperti sering digelar oleh Republika.

"Bagus sekali, paling nggak kita makin tahu budaya-budaya lain, terutama yang bersentuhan dengan Islam. Jadi lewat budaya ini kita bisa nambah wawasan, kemudian juga bisa terinspirasi untuk bikin sesuatu yang mungkin cocok dengan kondisi kita," jelas Gus Ipul saat ditemui usai acara. 

"Yang seperti ini harus sering-sering dilakukan oleh Republika, kapan-kapan mungkin bisa kerjasama juga dengan PBNU," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement