REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Salah satu pabrik penggilingan beras di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sri Rejeki, mengalami kesulitan mendapatkan gabah hasil panen petani. Harga gabah disebut sangat tinggi.
Kondisi tersebut membuat pabrik penggilingan di Desa Wangkelang, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, itu tak lagi bisa memasok beras ke Pasar Pagi Kota Cirebon, yang biasanya rutin dilakukan. “Sudah sejak dua bulan lalu,” kata Icih, pengelola penggilingan Sri Rejeki.
Icih mengatakan, hal itu dikarenakan gabah di tingkat petani harganya sangat tinggi dan sulit dicari. Padahal, kata dia, tempat usahanya biasa menggiling gabah mencapai sekitar dua ton per hari.
Untuk bertahan di tengah kondisi harga gabah tinggi ini, menurut Icih, tempat penggilingannya kini menjual beras secara eceran. Beras itu pun diambil dari tempat penggilingan lain, dengan jumlah lima kuintal sampai satu ton. Beras itu kemudian dijual lagi secara eceran kepada warga.
Tak hanya itu, pabrik penggilingan yang dikelola Icih juga masih menerima gilingan gabah dari petani, dengan jumlah minimal 25 kilogram. Ongkos gilingnya Rp 500 per kilogram.
Meski terbilang murah, dari aktivitas penggilingan itu Icih masih bisa mendapatkan dedak dan menir (patahan beras) untuk dijual kembali. Harga menir saat ini disebut bisa mencapai sekitar 60 persen dari harga beras.
Icih pun mengakui sesekali menggiling gabah sendiri. Namun, hal itu dilakukan jika berhasil memperoleh gabah dari petani dengan harga yang masih terjangkau. “(Untuk dapat gabah) dari petani rebutan. Kalau mahal, ya kita mundur,” kata Icih.
Menurut Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Kabupaten Cirebon saat ini berkisar Rp 6.500-7.000 per kilogram dan gabah kering giling (GKG) sekitar Rp 7.500-8.000 per kilogram.
Sementara harga jual beras dari penggilingan ke tingkat pedagang di pasar hanya sekitar Rp 12.500 per kilogram. “Harga gabahnya tinggi sekali (dibandingkan harga beras), tidak bisa nutup. Jadi, mereka (pabrik penggilingan beras) ‘istirahat’ dulu,” kata Tasrip kepada Republika, Kamis (7/9/2023).