Rabu 21 Feb 2024 18:19 WIB

Puluhan Komunitas Berkumpul Deklarasi Bijak Sampah, di Refleksi Tragedi TPA Leuwigajah

Peristiwa ledakan TPA Leuwigajah 19 tahun silam yang memakan korban 150 jiwa.

Temu Komunitas Memori Leuwigajah, Rabu (21/02) di Bale Rancage Kabuci Cimahi.
Foto: Dok Republika
Temu Komunitas Memori Leuwigajah, Rabu (21/02) di Bale Rancage Kabuci Cimahi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar 200 orang yang berasal dari 41 perwakilan komunitas se-Bandung Raya berkumpul di acara Temu Komunitas Memori Leuwigajah, Rabu (21/02) di Bale Rancage Kabuci, Cimahi. Mereka, berasal dari unsur Komunitas, Lembaga Filantropi, Institusi Pendidikan dan Media.

Temu komunitas tersebut, digelar dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional. Digagas, oleh Askara Nusantara, sebuah program lingkungan hidup yang terbentuk dari ribuan donatur di Aplikasi Kitabisa. Acara ini mengajak pesertanya untuk berkumpul dan merefleksikan peristiwa ledakan dan longsornya TPA Leuwigajah 19 tahun silam yang memakan korban lebih dari 150 jiwa penduduk di sekitarnya pada 21 Februari 2005 pada pukul 02.00 WIB dini hari. 

Baca Juga

Peristiwa itu, menjadi pil pahit yang harus ditelan negeri ini akibat minimnya pengolahan dan intervensi terhadap sampah. Dkutip dari platform SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2023 mencapai lebih dari 17 juta ton. Yakni, dihasilkan dari 126 kota/kabupaten di Indonesia. 

"Tentu angka ini bukanlah angka kecil," ujar Askara Nusantara Program Lead, Muhammad Nur Afif.

Dengan nuansa lesehan, seluruh perwakilan komunitas diajak untuk semakin memahami makna dan arti penting keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan sebagai upaya mengurangi risiko terjadinya bencana akibat sampah yang tak terkelola dengan baik. 

"Kami bersyukur, dengan tingginya animo para pegiat lingkungan hidup untuk duduk bareng menyelesaikan persoalan sampah di Jawa Barat," katanya.

Karena, kata dia, pihaknya meyakini masalah ini akan tuntas dengan semangat kolektivisme dan kolaborasi, sehingga bukan jadi kewajiban satu dua pihak saja. "Tapi kita semua wajib ambil peran. Sesuai bidang dan kanal masing-masing," katanya.

Dalam acara ini setiap peserta wajib membawa botol minum dan wadah makan masing-masing, sebagai bentuk perwujudan konsep “Acara Minim Sampah”. Acara ini diawali dengan pemutaran film karya Watchdoc Documentary yang bertemakan tentang sampah, disambung Orasi “Darurat Sampah” yang disampaikan oleh WALHI Jabar. Kemudian, disambung Deklarasi ‘Bijak Sampah’ yang diikuti oleh seluruh peserta.

Deklarasi, dilakukan sebagai komitmen untuk turut serta mengendalikan sampah di lingkungan masing-masing, salah satunya dengan membiasakan menerapkan konsep “Acara Minim Sampah” di setiap kegiatan yang melibatkan banyak massa.

Setelah itu, dilanjutkan acara Panggung Ekspresi Warga, yang membuka bagi setiap perwakilan komunitas yang ingin mengekspresikan kegundahannya dalam hal pengolahan sampah melalui puisi, deklamasi, monolog, dan ragam ekspresi seni pertunjukan lainnya.

Acara diakhiri dengan launching gerakan #BergerakMembumi dan pengenalan program SalingJaga Kitabisa, yang merupakan inisiatif baru yang digagas oleh Kitabisa sebagai upaya untuk menciptakan wadah kolaborasi gerakan kebaikan untuk lingkungan hidup dan untuk kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan tagline Askara Nusantara “Ramah Bumi, Ramah Manusia”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement