Rabu 21 Feb 2024 18:35 WIB

Angin Puting Beliung Terjadi di Rancaekek, BMKG Beri Penjelasan Ini Penyebabnya

Fenomena puting beliung, terjadi akibat dampak ikutan pertumbuhan awan cumulonimbus.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Tangkapan layar rekaman video yang memperlihatkan angin puting beliung merusak sejumlah bangunan, kendaraan dan pohon di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu (21/2/2024).
Foto: Dok republika
Tangkapan layar rekaman video yang memperlihatkan angin puting beliung merusak sejumlah bangunan, kendaraan dan pohon di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu (21/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Angin puting beliung besar yang muncul di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore. Bencana ini, menyebabkan sejumlah bangunan rusak, pohon tumbang, truk terguling dan sepeda motor terjatuh. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung  memberikan penjelasan terkait fenomena alam ini.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan hujan ekstrem terjadi di lokasi kejadian puting beliung. Fenomena puting beliung, terjadi akibat dampak ikutan pertumbuhan awan cumulonimbus dan berlanjut hujan lebat disertai angin kencang dengan durasi singkat dan skala lokal.

Baca Juga

"Suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah yakni antara 45-95 persen," ujar Teguh melalui keterangan resmi, Rabu (21/2/2024).

Ia melanjutkan terpantau adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatra yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat. Kondisi ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.

"Indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal," katanya.

Akibat puting beliung tersebut, ia mendapatkan laporan sejumlah atap rumah di Kecamatan Jatinangor berterbangan serta merobohkan pagar PT Kahatex. Teguh melanjutkan hingga pukul 16.40 WIB sebanyak empat kali untuk wilayah terdampak kejadian cuaca ekstrem.

"Waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologis dampak cuaca ekatrem seperti hujan lebat hingga sangat lebat pada durasi lebih dari satu jam, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement