REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---- Konsep rumah sakit dengan area publik yang menyenangkan, bisa mendorong pengembangan wisata medis di Kota Bandung. Menurut Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kota Bandung, Yena Iskandar Ma'soem, wisata medis ini sesuai dengan Permenkes No 76 Tahun 2015 tentang wisata medis, rumah sakit yang dituju ini harus kelas A atau B dan cukup banyak ada di Kota Bandung.
Namun, menurut Yena, konsep wisata medis di Kota Bandung ini perlu terus disosialisasikan dan dikembangkan. Yena pun,mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Rumah Sakit Murni Teguh Naripan.
"Rumah sakit ini menjadikan konsep mal sebagai konsep rumah sakitnya. Sehingga bisa membuat para penunggu pasien dan pasien bisa rasakan nyaman yang berimbas pada psikisnya," ujar Yena usai menghadiri 'soft launching' RS Murni Teguh Naripan, di Jalan Naripan, Kota Bandung, Kemarin.
Terkait psikis ini, kata Yena, tentu akan membantu percepatan penyembuhan pasien. Tentunya, selain penanganan dan tindakan tepat dan cepat dalam proses penangangan pasien tersebut. Yena menilai, wisata medis ini memiliki potensi besar terutama di Kota Bandung. Ini karena banyak faktor pendukungnya. Misalnya, banyaknya kuliner, tempat singgah, hotel, hingga apartemen di sekitar rumah sakit tipe A dan B di Kota Bandung.
"Pak Jokowi pernah mengatakan kalau negara tetangga kita seperti Malaysia dengan Penangnya, dan Singapura, maka bisa mendapatkan devisa hingga Rp 170 triliun dari banyaknya warga Indonesia yang berobat ke negara-negara tersebut," katanya.
Padahal, kata dia, sebenarnya fasilitas rumah sakit kita, semisal di Kota Bandung, tidak kalah baik. Meski memang ada sebagian fasilitas rumah sakit yang perlu dikembangkan. Semisal dengan menghadirkan alat-alat kesehatan canggih terkini.
"Peran pemerintah setempat, Kementrian Kesehatan dan Kementrian Kebudayaan menjadi penting untuk membantu pengadaan alat-alat kesehatan ini. Bentuknya kan bisa dengan kerjasama atau bagi hasil untuk akses ke peralatan canggih tersebut," katanya.
Selain itu, kata dia, Kota Bandung pun memiliki akses obat-obatan yang baik. Jadi jika wisata medis ini terus berkembang, maka dipastikan ini juga perusahaan-perusahaan pembuatan obat-obatan tidak mau ketinggalan. "Hanya perlu koordinasi terhadap para pemangku kepentingan, maka wisata medis bisa dijalankan dengan mudah," katanya.
Kota Bandung pun, kata dia, memiliki banyak influencer dan artis. Para influencer ini bisa dimanfaatkan juga untuk promosi wisata medis ini. "Jangka pendek mungkin setidaknya, warga Indonesia di luar Kota Bandung datang ke Bandung untuk berobat. Ke depannya tentunya bukan hal yang mustahil, warga negara asing akan berobat ke Kota Bandung," katanya
Selain itu, kata dia, wisata medis ini juga bisa didukung dengan penambahan RSUD di Kota Bandung. Seperti diketahui rumah sakit yang dikelola Pemerintah Kota Bandung, saat ini sangat sedikit. Yakni, hanya ada RSUD Ujung Berung dan RSU Bandung Kiwari di Kopo. Idealnya di Kota Bandung ini sedikitnya harus ada lima RSUD. Jadi, masyarakat yang menggunakan BPJS bisa diakomodir secara merata.
"Bisa misalnya dibuat dengan basis wilayah, Bandung Timur sudah ada RSUD Ujung Berung, Bandung Tengah sudah ada RSU Bandung Kiwari. Tinggal untuk wilayah Selatan, Barat dan Utara," katanya.