Selasa 25 Jun 2024 14:54 WIB

Kemenag Jabar Nilai Pelaksanaan Haji di Armuzna Tahun 2024 Lancar, Karena Hal Ini

Kemenag terus melakukan terobosan dan inovasi dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, H Ajam Mustajam
Foto: Dok Republika
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, H Ajam Mustajam

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Puncak ibadah haji di Arafah, Mudzdalifah, dan Mina (Armuzna) baru saja berakhir pada 13 Dzulhijjah 1445 H atau 19 Juni 2024. Secara keseluruhan, kegiatan di Armuzna berjalan lancar dan sukses.

Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Barat sekaligus Petugas Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1445 H/2024 M, Ajam Mustajam, kesuksesan ini tidak lepas dari perhatian serius Pemerintah Indonesia. Khususnya, Kementerian Agama Republik Indonesia yang terus melakukan terobosan dan inovasi dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Baca Juga

"Pada operasional ibadah haji tahun 2024, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melakukan terobosan spektakuler di Armuzna dengan tidak lagi menggunakan Mina Jadid sebagai lokasi tenda bagi jemaah haji Indonesia," ujar Ajam, Selasa (25/6/2024).

Ajam menjelaskan bahwa kebijakan ini didasarkan pada dua aspek utama. Pertama, aspek teknis yang bertujuan mempercepat, mempermudah, serta memberikan kenyamanan dan keamanan bagi jemaah haji. Kedua, aspek syariat yang memastikan inovasi ini tidak bertentangan dengan syarat sahnya ibadah haji.

Menurutnya, penempatan jemaah haji Indonesia di Mina tahun ini mengalami perubahan, dengan maktab 1 hingga 9 yang dihuni sekitar 27.000 jemaah, yang sebelumnya berada di Mina Jadid kini direlokasi ke wilayah Muaishim. Relokasi ini menguntungkan karena jarak ke jamarat menjadi lebih dekat. Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan jemaah, terutama bagi Lansia.

Terkait isu kepadatan jemaah dan antrean toilet yang panjang akibat tidak menggunakan Mina Jadid, Ajam sebagai Tim Monitoring dan Evaluasi menegaskan bahwa hal tersebut tidak terjadi. Menurutnya, tingkat kepadatan tetap sama baik di Mina Jadid maupun di Muaishim, meskipun tanpa tambahan kuota 20.000 jemaah.

Selain inovasi itu, kata Ajam, ada skema murur di Muzdalifah. Skema ini memungkinkan jemaah lansia untuk tetap berada di dalam bus saat melewati Muzdalifah setelah wukuf di Arafah. Sehingga, mereka dapat langsung menuju tenda di Mina tanpa menambah kepadatan di Muzdalifah.

"Skema murur dari Kemenag ini berjalan sukses dan sangat membantu jemaah yang udzur, memberikan ruang yang lebih luas bagi jemaah yang mampu bermalam di Muzdalifah," kata Ajam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement