Rabu 03 Jul 2024 14:39 WIB

Sembilan Negara, Belajar Pengembangan Vaksin ke Bio Farma

Kegiatan workshop ini, bisa menjadi momentum program Diplomasi Kesehatan Indonesia.

Workshop on Vaccine and Virology and Opening Ceremony 3rd batch di Indonesia
Foto: Dok Republika
Workshop on Vaccine and Virology and Opening Ceremony 3rd batch di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Bio Farma ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai salah satu fasilitas rujukan bagi 10 delegasi OIC Comstech  (Organization of Islamic Cooperation - Standing Committee for Scientific and Technological Cooperation) Fellowship Program. Para delegasi, akan belajar mengenai pengembangan dan produksi vaksin yang akan berlangsung dari tanggal 04 Juli hingga  12 Juli 2024 di Bio Farma Bandung.

Setelah  pembukaan Workshop on Vaccine and Virology and Opening Ceremony 3rd batch of Indonesia – COMSTECTH Fellowship Program for Research and Advance Training in Virology and Vaccine Technologies yang digelar pada 1 Juli 2024, kegiatan dilanjutkan di Bio Farma pada 4 Juli 2023. Bio Farma  akan menerima 10 delegasi OIC Comstech yang berasal dari 9 negara yaitu, Kamerun, Mesir, Kazakhstan, Malaysia, Pakistan, Senegal, Somalia, Tanzania, dan Uganda.

Baca Juga

Menurut Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, merupakan suatu kehormatan bagi Bio Farma dapat kembali menyambut delegasi dari berbagai negara OIC, untuk berdiskusi dalam hal penelitian dan pengembangan vaksin, dan juga dalam produksi bioteknologi. Selain itu, program fellowship ini merupakan komitmen Bio Farma dalam mendukung program Kementerian Kesehatan sebagai Center of Excellence (CoE) produk bioteknologi dan vaksin bagi negara-negara OKI dalam membangun kemandirian dalam produksi vaksin.

“Ini merupakan tahun ke-3 Bio Farma menerima delegasi dari OIC Comstech Fellowship Program," ujar Shadiq, Rabu (3/7/2024).

Shadiq berharap, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi citra Indonesia di mata dunia melalui diplomasi Kesehatan. Serta, menjadi ajang untuk mendorong kerja sama yang baik antar negara sahabat. "Selain itu, program fellowship ini merupakan komitmen Bio Farma dalam mendukung program Kementerian Kesehatan sebagai Center of Excellence (CoE) produk bioteknologi dan vaksin bagi negara-negara OKI dalam membangun kemandirian dalam produksi vaksin," kata Shadiq.

Sementara menurut Direktur Produksi & Supply Chain Bio Farma, Iin Susanti, kegiatan ini dapat menjadi momentum bagi program Diplomasi Kesehatan Indonesia.

 “Kami menyadari bahwa negara-negara anggota OIC, memiliki tujuan yang sama, untuk mencapai ilmu pengetahuan tentang vaksin, penelitian dan pengembangan produk bioteknologi, dan juga produksi produk bioteknologi. Serta bagaimana cara mengembangkan dan memproduksi vaksin halal dan aman," papar Iin.

Untuk kedepannya,  Iin berharap semua peserta bisa juga berasal dari National Regulatory Authority (NRA) atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Oleh karena itu, pihaknha mendorong kerja sama reliance dalam registrasi produk. "Ini, sebagai upaya dalam meningkatkan efisiensi regulatory oversight obat termasuk vaksin antara Indonesia dan negara negara OKI," kata Iin.

Dari tanggql 4 hingga 12 Juli 2024, di Bio Farma semua peserta akan mendapatkan pembelajaran mengenai  beberapa materi di antaranya tentang Virologi, pengembangan vaksin virus, pengembangan produk Biotechnology, serta pembuatan vaksin halal hingga pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk distribusi vaksin serta aspek-aspek dan regulasi Good Manufacturing Practices (GMP) dalam produksi vaksin. Setelah mendapatkan pelatihan di Bio Farma, para peserta program ini akan melanjutkan studi di Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran di Jatinangor.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya dalam sesi  Workshop on Vaccine and Virology and Opening Ceremony 3rd batch of Indonesia – COMSTECH Fellowship Program menyampaikan tentang pentingnya meningkatkan akses terhadap produk farmasi dan produk bioteknologi.

“Ketika menghadapi masa pandemi, kita belajar bahwa kita perlu fokus untuk menutup kesenjangan yang disebabkan oleh minimnya produsen vaksin di dunia agar dapat meningkatkan akses produk vaksin. Hal tersebut menjadi prioritas guna menghadapi kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, yaitu pandemi baru," papar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement