REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dama Kara, brand fashion asal Bandung yang mengangkat motif batik sebagai pakaian yang bisa digunakan dalam berbagai suasana, telah menyiapkan koleksi menjelang lebaran 2025. Menurut Komersial Manager Damakara, Rima Insania, tahun ini, phaknya mengeluarkan 3 koleksi Raya. Yakni, yang pertama fokus pada bordir untuk family set. Kedua fokus, pada batik dan ketiga bordir dengan sentuhan renda.
“Alhamdulillah, setiap tahunnya kalau lebaran ada peningkatan penjualan lebih dari 50 persen baik melalui online maupun offline,” ujar Rima, kepada wartawan, belum lama ini.
Rima menjelaskan, koleksi pertama lebaran sudah dikeluarakan pada tanggal 11 Februari, koleksi kedua dikeluarkan pada 17 Februari, dan terakhir pada 23 Februari. Koleksi Raya, disesuaikan dengan lebaran tapi desainya ada varian orang tua dan anak jadi semuanya bisa menggunakan.
Rima mengatakan, Dama Kara memiliki outlet butik yang terletak di Jl Cihapit sejak Juli 2023. Selain itu, ada juga butik yang di Jln Gandapura sejak Juli 2024. Selain mengandalkan penjualan off line di butik, pihaknya juga mengandalkan pembelian on line.
Rima bersyukur, selain memasarkan di dalam negeri, Dama Kara pun sempat mengikuti berbagai event di luar negeri. Salah satunya, di Paris Event Show. Saat itu, pihaknya memanfaatkan limbah kain dan kain batik. "Saat di bawa ke Paris, orang-orang ternyata suka hand made dan sustainable fashion. Mereka, suka produk recycle dan produk handmade, ini kan batik cap semuanya," katanya.

Selain Perancis, kata dia, Dama Kara pun pernah mengikuti pameran di Korea. Saat itu, cukup banyak yang tertarik dengan produknya. "Ya, alhamdulillah sudah ada yang diekspor, dari dua negara tadi dapat beberapa buyer. Ke Korea dan Perancis, kami kirim kesana," katanya.
Dama Kara sendiri, produknya cukup unik karena mengusung teknik kriya Indonesia tradisional. Di antaranya batik cap, border, jahit jelujur dan tenun. Menurut Rima, target pasar produknya adalah orang-orang yang menyukai batik untuk berbagai acara jadi tak hanya bisa digunakan untuk undangan resmi saja. Namun, produknya pun fokus ke sarimbit set. Jadi, tak hanya membuat produk pakaian untuk perempuan saja, ada juga pakaian untuk laki-laki.
Selain unik karena mengusung teknik kriya tradisional, Dama Kara unik karena memberdayakan pengrajin di Pekalongan sekaligus bekerja sama dengan salah satu yayasan yang menaungi teman disabilitas. Teman disabilitas yang memiliki keahlian, diajak berkolaborasi dengan sistem profit sharing. Setelah membuat sebuah karya, hasil desain para penyandang disabilitas tersebut akan diproduksi masal oleh Dama Kara.
"Kami senang bisa memberdayakan teman disabilitas yang memiliki kemampuan untuk berkarya," katanya.
Dama Kara sendiri, kata dia, memiliki dua koleksi pakaian. Yakni, koleksi batik border dan juga hasil karya teman disabilitas dengan keahlian yang dimiliki. Salah satu disabilitas yang telah diajak bekerja sama, misalnya Salma. Ia, ahli dalam jahit jelujur yang kemudian desainnya akan diteruskan pada pengrajin lalu dijadikan sebuah karya.
"Jadi, kalau tusuk jelujur ini handmade buatan ibu-ibu di Garut. Nah para disabilitas membuat desainnya dulu lalu kita perbanyak," katanya.