REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Cibaduyut, kawasan legendaris di Kota Bandung yang sejak era 70-an dikenal sebagai sentra industri sepatu kulit, perlahan kembali menunjukkan geliatnya. Meski pamornya sempat meredup, semangat dan karya para pengrajin sepatu ternyata tak pernah benar-benar padam.
Salah satu pelaku usaha yang konsisten menghidupkan kembali semangat Cibaduyut adalah Mochamad Indra Yusuf Wahyudin (39 tahun), pemilik Koku Footwear. Di bawah tangan dinginnya, usaha sepatu berbasis handmade ini tidak hanya bertahan, tapi terus berkembang bahkan merambah pasar luar negeri.
"Workshop produksi kami ada di dua lokasi, semuanya masih di kawasan Cibaduyut. Yang di Taman Cibaduyut Indah 1 No. 20, kami fungsikan sebagai tempat display sekaligus gudang produk," ujar Indra saat ditemui Republika, Kamis (24/4/2025).
Bermodal awal Rp 250 ribu pada 2009, Indra kini mampu mencatat omzet usaha sekitar Rp4,9 miliar pada 2024. Awalnya, Indra dikenal sebagai pelaku jual beli tas musik, khususnya drum. Namun, pertemuan dengan teman semasa kecilnya membawa Indra ke dunia baru yakni sebagai produsen sepatu kulit Cibaduyut.
“Saya sering main ke rumah teman yang orang tuanya pengrajin sepatu. Dari situ mulai tertarik, lalu coba bikin sendiri. Ternyata bisa,” ujar Indra mengenang awal perjalanan bisnisnya.

Indra pun, mulai membuat sepatu untuk dirinya sendiri dengan melihat model sepatu dari internet. Sepatu yang dibuat oleh dirinya dengan modal Rp 250 ini lah, yang digunakan untuk promosi. Ia, mulai memasarkan sepatunya melalui platform daring seperti Kaskus dan Facebook dengan sistem pre-order. Strategi ini dipilih karena minim risiko dan keterbatasan modal. Meski pada awalnya belum banyak yang mengenal Koku Footwear, lambat laun kualitas dan ketekunan membawa hasil.
Kini, Koku Footwear memproduksi sepatu klasik pria seperti Oxford, logger boots, dan sepatu formal tinggi. Semua produk dikerjakan oleh sekitar 30 pengrajin lokal Cibaduyut, dengan bahan utama kulit asli dari Cianjur dan Garut. Pada 2013, Indra mendirikan workshop sendiri. “Kami tidak memproduksi sepatu wanita karena saya pribadi memang menyukai sepatu pria klasik. Ini soal passion,” kata Indra.