Kamis 17 Jul 2025 15:43 WIB

Kelas jadi Gemuk Akibat Kebijakan Dedi Mulyadi, SMAN 1 Bandung Rumuskan Strategi Agar Kondusif

Strategi pembelajaran kelompok besar salah satunya pembelajaran berbasis proyek

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Aktivitas siswa dan siswi SMAN 1 Bandung datang ke sekolah saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di hari ke empat, Kamis (17/7/2025).
Foto: M Fauzi Ridwan.
Aktivitas siswa dan siswi SMAN 1 Bandung datang ke sekolah saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di hari ke empat, Kamis (17/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- SMAN 1 Kota Bandung hanya menampung 44 siswa per kelas untuk kelas X di tahun ajaran 2025/2026 di tengah kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang meminta agar sekolah menampung hingga 50 siswa. Hal itu dilakukan, mengingat analisis kebutuhan dan daya tampung sekolah.

"Di SMAN 1 itu tidak sampai 50 karena kami sebelumnya melakukan analisis kemampuan daya tampung kami dan luasan masing masing kelas jadi setelah dianalisasi sesuai Kepgub ada rumusnya kita analisis kita maksimum di 44 orang per rombel, memang kapasitas maksimum 44," ujar Kepala Sekolah SMAN 1 Bandung Tuti Kurniawati, Kamis (17/7/2025).

Baca Juga

Ia menuturkan pihaknya menerima 11 rombongan belajar atau kelas untuk kelas X tahun ajaran 2025/2026.  Sebelum kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi diberlakukan, Tuti mengatakan satu kelas hanya sebanyak 36 orang. "Ada kebijakan pencegahan anak putus sekolah, memang menjadi kelas gemuk," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, kata dia, pihaknya membuat sejumlah strategi pembelajaran di kelas agar kondusif dan tetap bermakna serta mencapai tujuan. Bentuknya, kata Tuti, masih berdiskusi dengan tim. "Bentuknya kami masih berdiskusi strategi pembelajaran dengan kelompok besar. Mungkin dengan tim teaching atau pembelajaran berbasis proyek," kata dia.

Ia mengatakan strategi pembelajaran kelompok besar seperti pembelajaran berbasis proyek, menggunakan teknologi, kahoot, padlet, guisis dan mentimeter.

Sebelumnya, kebijakan 50 orang per kelas dilakukan untuk mencegah anak putus sekolah. Namun, sejumlah sekolah swasta mengalami masalah yaitu siswa menjadi berkurang akibat siswa beralih ke negeri karena terdapat penambahan kuota.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement