REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat (KBB) merespon larangan study tour yang sudah diterapkan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi. Larangan itu ditentang pelaku bisnis pariwisata yang menyuarakan aksinya di Gedung Sate, Kota Bandung beberapa waktu lalu.
Kepala Disparbud KBB Panji Hermawan mengatakan, kebijakan Gubernur Jabar itu memang harus diikuti daerah di Jabar. Namun, kata dia, bisnis pariwisata di Bandung Barat khususnya Lembang yang dikenal sebagai kawasan wisata harus tetap terjaga. "Silakan berwisata (study tour) tapi di wilayah masing-masing. Seperti di Bandung Barat yang punya banyak potensi wisata yang layak dikunjungi," ujar Panji, akhir pekan ini.
Panji meminta agar masyarakat melihat dari sudut pandang yang lebih luas, yakni tujuan dan manfaat kegiatan tersebut. Bila study tour dimaksudkan sebagai kegiatan edukatif, maka wisata edukasi dapat menjadi solusi alternatif yang tepat dan relevan.
"Kalau study tour arahnya ke edukasi, Bandung Barat punya potensi wisata edukasi yang kuat. Ini tentu bisa jadi pilihan selain yang biasa dilakukan," katanya.
Panji menegaskan bahwa tidak semua bentuk study tour harus dilarang. Terutama yang membawa manfaat pembelajaran dan pengembangan wawasan bagi peserta, khususnya siswa sekolah. "Kalau kunjungannya berbasis edukasi, ya kenapa tidak? Apalagi jika tujuan mereka berada di wilayah Jawa Barat," kata Panji.
Sebagai contoh, Panji menyebut kawasan Lembang yang memiliki destinasi wisata edukasi unggulan dan mampu menarik minat banyak pengunjung dari berbagai daerah. "Salah satunya adalah The Great Asia Africa, tempat wisata yang menampilkan berbagai kebudayaan dari Asia dan Afrika. Itu contoh wisata edukasi yang sangat bagus," katanya.
Panji mengungkapkan bahwa alam dan budaya Bandung Barat sangat potensial untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang tidak hanya sekadar hiburan, tapi juga edukasi dan pengalaman berharga.
Panji juga mengingatkan pentingnya memperhatikan peluang kunjungan wisata edukasi pada hari kerja, terutama dari kalangan sekolah yang ingin melakukan study banding atau pembelajaran lapangan "Yang perlu ditekankan adalah memisahkan mana study tour yang hanya sekadar rekreasi dan mana yang benar-benar edukatif. Kita harus bisa menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan tersebut," katanya.