REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Pecahnya konflik antara Kamboja dengan Thailand, berdampak terhadap tiga Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Mereka kehilangan pekerjaan hingga nasibnya kini terkatung-katung di Kamboja.
Informasi adanya tiga Warga Negara Indonesia (WNI) asal Bandung Barat yang tertahan di Kamboja dibenarkan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) yang menerima laporan dari pihak keluarga. Mereka diduga berangkat secara ilegal atau non prosedural.
"Jadi kita tahu informasi ada warga KBB di Kamboja itu dari laporan keluarga. Setelah ditelusuri, memang diduga kuat PMI ilegal, karena tidak terdata di kita," ujar Kepala Bidang Pelatihan, Produktivitas, Penempatan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (P3TKT) pada Disnakertrans KBB, Dewi Andani saat dikonfirmasi, Rabu (20/7/2025).
Dewi mengatakan, tak diketahui dengan pasti ketiga warga KBB itu bekerja sebagai apa di Kamboja. Namun yang pasti, saat ini mereka sudah tidak bekerja di tempat sebelumnya. "Informasi terbaru, mereka itu sudah tidak bekerja lagi karena setelah pecah konflik antara Kamboja dengan Thailand mereka diberhentikan. Sekarang ya nasibnya enggak jelas di sana," kata Dewi.
Satu dari tiga warga Bandung Barat itu sebelumnya sempat diamankan oleh pihak (Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kamboja. Namun mereka tidak bisa tinggal berlama-lama lantaran visa yang digunakan merupakan visa wisata. "Jadi satu orang sempat ke KBRI, cuma kan karena visanya wisata jadi mereka harus mencari penghidupan buat diri sendiri. Negara tidak bisa membantu, karena mereka bukan korban TPPO dan berangkat secara ilegal," kata Dewi.
Ketiga warga KBB itu bakal dipulangkan melalui tahapan deportasi oleh negara tempat mereka berada. Jika dipulangkan oleh negara, memerlukan tahapan panjang yang mesti ditempuh. "Jadi mereka akan dideportasi, tapi sampai deportasi itu mereka masih punya waktu 4 bulan di sana. Jadi mereka overstay masuknya, cuma denda overstay itu kan lumayan mahal, sehari sekitar Rp120 ribu, belum biaya hidup. Sejauh ini kabarnya memang disuplai sama keluarga," papar Dewi.