Rabu 27 Aug 2025 07:53 WIB

Ratusan Ternak Mati Diduga Akibat Macan Tutul dan Anjing Liar, Ini Respons Bupati Kuningan

Masyarakat Kuningan sempat diresahkan oleh kasus kematian ternak domba

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Seekor macan tutul dilaporkan terjebak di Balai Desa Kutamandarakan, Kecamatan Malaber, Kabupaten Kuningan, Selasa (26/8/2025).
Foto: Tangkapan Layar
Seekor macan tutul dilaporkan terjebak di Balai Desa Kutamandarakan, Kecamatan Malaber, Kabupaten Kuningan, Selasa (26/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Warga Desa Kutamandarakan, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, digegerkan dengan kemunculan seekor Macan Tutul Jawa yang masuk ke balai desa setempat. Hewan buas itu ditemukan terperangkap di salah satu ruangan lama dan membuat panik warga sekitar, Selasa (26/8/2025).

Proses evakuasi terhadap Macan Tutul Jawa itu dilakukan oleh tim gabungan. Tim melakukan prosedur evakuasi dengan menembakkan peluru bius terlebih dahulu kepada satwa yang dilindungi tersebut.

Baca Juga

Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, yang hadir memonitor langsung pelaksanaan evakuasi, menjelaskan, macan tutul itu berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia sekitar tiga tahun. “Alhamdulillah macan tutulnya sudah berhasil diamankan. Rencananya akan dibawa ke lembaga konservasi mitra BKSDA di Bandung untuk dipulihkan kesehatannya. Setelah itu, sekitar satu bulan lagi akan dilepasliarkan kembali ke habitatnya,” ujar Dian.

Dian mengungkapkan, dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Kuningan sempat diresahkan oleh kasus kematian ternak domba di Kecamatan Hantara, yang diduga akibat serangan macan tutul. Bahkan, laporan terbaru menyebutkan puluhan ternak juga mati diserang kawanan anjing liar di Kecamatan Japara.

“Dari laporan sementara, total ada sekitar 106 ekor kambing dan domba yang menjadi korban. Saya sudah memerintahkan BPBD dan berkoordinasi dengan BPKAD untuk memberikan bantuan bagi peternak terdampak,” katanya.

Ia menghimbau masyarakat agar menjaga kelestarian hutan dan tidak merusak habitat satwa liar. Menurutnya, rantai makanan yang terganggu di hutan membuat hewan predator turun ke pemukiman untuk mencari makan. “Ini jadi pembelajaran bagi kita semua. Jangan sampai hutan dan rantai makanan di dalamnya terganggu. Kita akan segera melakukan focus group discussion dengan pemerhati lingkungan untuk mengambil langkah lebih lanjut,” paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement