REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengungkap soal kondisi terkini fenomena La Nina yang sedang berlangsung termasuk di wilayah Bandung Raya. Fenomena ini, berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan.
"La Nina diprakirakan pada kategori La Nina lemah sehingga tidak terlalu berdampak. Namun yang lebih berdampak adalah suhu muka laut yang masih hangat di kepulauan Indonesia yang mengakibatkan beberapa wilayah di Indonesia curah hujannya berada pada kategori di atas normal (tidak merata)," ujar Teguh saat dikonfirmasi, Sabtu (8/11/2025).
Terkait badai di bulan November 2025 sampai awal April 2026 seperti tahun sebelumnya, kata dia, secara empiris terjadi badai tropis seperti badai Seroja pada April, Cempaka Dahlia pada November. "Jadi, perlu adanya kesiapsiagaan BMKG sekaligus mengajak pemerintah daerah, meskipun badai tropis tersebut belum tentu terjadi," kata Teguh.
Teguh mengimbau seluruh lapisan masyarakat di wilayah Bandung Raya untuk mewaspadai bencana hidrometeorologis dampak dari cuaca ekstrem. BMKG memprediksi akan ada peningkatan curah hujan di November ini.
"Khusus untuk daerah bertopografi curam dan bergunung atau rawan longsor agar tetap waspada seperti Bandung Barat, diimbau lebih waspada terhadap, khususnya pada kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut," kata dia.
Hal itu berdasarkan hasil analisis kondisi dinamika atmosfer laut terkini. Pertama, suhu muka laut di sebagian wilayah perairan Indonesia relatif hangat, mengindikasikan suplai uap air cukup tinggi di wilayah Jawa Barat. Kedua, Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 5 (Maritime Continent), yang turut berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Ketiga, kata dia, DMI bernilai -1.61 (negatif) yang berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah Indonesia bagian barat. Kemudian pada lapisan 5000 feet terpantau sirkulasi siklonik di Laut Jawa, yang membentuk daerah belokan angin di wilayah Jawa Barat.
"Kelembapan udara di wilayah Jawa Barat cukup tinggi, yakni pada lapisan 850–500 mb berkisar antara 60–97% dan labilitas atmosfer secara umum berada pada kategori ringan hingga kuat, mengindikasikan adanya potensi pembentukan awan konvektif," kata Teguh.
Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer laut terkini serta memperhatikan bahwa saat ini sudah memasuki musim hujan, imbuh dia, maka cuaca diprediksi didominasi cuaca berawan hingga cerah berawan di pagi hari dan berpotensi hujan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir, kilat dan angin kencang antara siang sore dan malam hari.