REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemprov Jabar berkerja sama dengan banyak pihak terus mengendalikan pencemaran di Sungai Citarum. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, saat mengawali program, sungai Citarum berwarna kuning karena tercemar berat, jorok, dan kotor.
"Target kita di 2020 sebenarnya hanya tercemar sedang tapi berkat kerja luar biasa semua tim, kami melewati status cemar sedang. Di 40 an hari ini langsung jadi cemar ringan. Nah kemudian nanti di akhir kita berharap mutu airnya sudah masuk kelas 2," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Acara Kunjungan Kerja Menko Marves RI dalam Peninjauan Progres Pelaksanaan Program Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, Selasa (7/8).
Emil mengatakan, kalau mutu air sudah masuk kelas 2 maka ikan-ikan sudah bisa berenang dengan baik begitu juga manusia. "Istilahnya swimable di akhir ini target kita. Jadi saya apresiasi kinerja semua pihak," katanya.
Menurut Emil, Sungai Citarum pernah dibully dikatakan sebagai sungai terkotor di dunia dan diviralkan sama bule. "Saya sedih, kita akan buktikan kita akan undang lagi kita akan viralkan bahwa bangsa Indonesia kalau kompak tidak bisa dikalahkan," katanya.
Emil pun menjelaskan tentang capaian 12 program yang telah dijalankan di Citarum. Menurutnya, banyak program yang melebihi target. Salah satunya, rehabilitasi lahan kritis, targetnya akumulasi di 2021 lahan kritis hanya 15 ribu hektare. Namun, berkat kinerja TNI salah satunya yang paling masif maka sekarang rehabilitasi sudah 26 ribu hektare.
"Kita bereskan baik di dalam dan luar kawasan hutan kita akan teruskan sesuai target sekitar 80 ribu hektare di di akhir program," katanya.
Untuk penanganan limbah domestik, menurut Emil, pihaknya masih ada kendala. Karena menyangkut, teritorial rumah-rumah yang diperkampungan memang padat. "Dari 135 ribu kita keteteran ini akan kita sempurnakan," katanya.
Kemudian, kata dia, persampahan penanganannya masih kurang sedikit dari target yang ditetapkan bisa ditangani 3.100 ton tapi baru tercapai 2700 ton per hari.
Sedangkan penanganan limbah industri, kata dia, pembinaan barusanggup di 300 industri, dari target 1.100 an yang perlu dibina. "Jadi banyak yan relasinya dengan sosial itu agak lama tapi kalau hubungannya dengan ekosistem target lebih cepat. Kan kalau bertemu manusia ada yang mudah mengerti ada yang susah mengerti, dan ngeyel ternyata lebih lama," katanya.
Untuk penanganan limbah kotoran sapi, kata dia, dari target 26 ribuan yang bisa diatur limbahnya melebihi target sekitar 28 ribuan. Begitu juga, penanganan keramba jaring apung melebihi target. Yakni, target 28 ribu yang dikendalikan sudah 30 ribuan.
"Pengelolaan sumber daya air dan pariwisata, volume dan genangan air sudah kita bereskan 90 persen dari target 70 persen," katanya.