Jumat 05 Nov 2021 17:04 WIB

Budayawan Jabar Dukung Pembangunan Monumen Pahlawan Covid-19

Nama-nama nakes di tugu tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Mas Alamil Huda
Pekerja memahat nama tenaga kesehatan yang gugur akibat Covid-19 di Monumen Gasibu, Kota Bandung, Senin (4/10). Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menjadikan Monumen Gasibu sebagai Monumen Perjuangan Pahlawan Covid-19. Hal tersebut bertujuan untuk menghormati perjuangan para tenaga kesehatan dan rencananya akan diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November mendatang.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja memahat nama tenaga kesehatan yang gugur akibat Covid-19 di Monumen Gasibu, Kota Bandung, Senin (4/10). Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menjadikan Monumen Gasibu sebagai Monumen Perjuangan Pahlawan Covid-19. Hal tersebut bertujuan untuk menghormati perjuangan para tenaga kesehatan dan rencananya akan diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pembangunan Monumen Pahlawan Covid-19 untuk mengabadikan para tenaga kesehatan (nakes) yang gugur dalam menangani pandemi mendapat dukungan dari budayawan Jawa Barat. Menurut budayawan Aat Suratin, niat baik Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengabadikan nama-nama nakes di tugu tersebut merupakan penghormatan bagi para tenaga kesehatan yang gugur.

“Saya menggunakan terminologi gugur. Apalagi kalau tahu proses mereka gugur, saat awal pandemi kita memerlukan orang yang berani bertaruh nyawa. Mereka ini sebetulnya orang yang mau berkorban dan itu kehormatan bagi mereka sendiri," ujar Aat, Jumat (5/11).

Baca Juga

Oleh karena itu, menurut Aat, dalam setiap kesempatan semua harus memberikan apreasiasi pada nakes. "Kapan pun juga kalau bisa mengapresiasi mereka kenapa tidak dilakukan itu, relevansinya," katanya.

Aat mengatakan, kritikan pembangunan monumen tersebut kenapa dilakukan saat pandemi berakhir, tidak tepat. Aat menilai, penghargaan pada pahlawan Covid-19 tidak perlu menunggu pandemi berakhir. 

“Kan kita nggak tahu kapan pandemi berakhir, kenapa tidak setiap saat kita memberikan apresiasi kepada mereka sebagai pahlawan di masa sekarang,” katanya.

Pahlawan sendiri, kata dia, di kacamata budaya saat ini tidak lagi harus punya tugas spesifik. Tapi pada tugas reguler seperti nakes. Dulu pahlawan dianggap sebagai orang di medan perang yang bertempur dengan peluru, meninggal, dan dramatis. 

“Tapi kalau melihat nakes, dramatis juga, awal pandemi mereka harus memakai hazmat delapan jam sehari. Coba bayangkan. Saya setuju banget mengapa ada monumen penghargaan kepada mereka dan dikaitkan dengan hari pahlawan,” katanya.

Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjau pembangunan Monumen Gasibu, Jumat (10/9). Menurut Ridwan Kamil, monumen tersebut sudah terbangun sebelum pandemi Covid-19. 

Menurutnya, untuk menghormati perjuangan para tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan Covid-19, Pemprov Jawa Barat mengajukan ke pemerintah pusat Monumen Gasibu sebagai monumen perjuangan pahlawan Covid-19.

“Monumen ini dibangun sebelum Covid-19, bukan dilaksanakan saat Covid-19 ada, tapi selesai menjelang Covid-19 dan merupakan program lama. Sekarang kita akan dedikasikan kepada pahlawan Covid-19 yang meninggal,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di sela peninjauan.

Rencananya, peresmian Monumen Gasibu sebagai monumen perjuangan pahlawan Covid-19 dilakukan 10 November 2021 bertepatan dengan Hari Pahlawan mengundang Presiden Joko Widodo. Selain pintu gerbang yang kini menjadi fasad Monumen Gasibu, nanti akan ada dua patung yang melambangkan kesedihan sekaligus ketangguhan. 

“Gerbangnya membatasi antara masa lalu dan masa depan, darurat-terkendali, sedih-bahagia. Nanti ada dua patung, satu tentang kesedihan, dua tentang ketangguhan,” papar Emil. Emil berharap Monumen Gasibu dapat membangun  semangat dan simbol perjuangan rakyat Jabar terhadap Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement