Rabu 05 Jul 2023 07:50 WIB

Taman Safari Indonesia Gelar Lomba Foto dan Video Satwa

TSI telah menampung total 8.700 satwa, dari 400 spesies satwa dunia.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah pengunjung merekam video aksi Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) bernama Hu Chun di Istana Panda Indonesia, Taman Safari, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah pengunjung merekam video aksi Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) bernama Hu Chun di Istana Panda Indonesia, Taman Safari, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Taman Safari Indonesia (TSI) mengadakan lomba foto dan video satwa bertema “Story of the Wild, Capture Through Your Lens” atau cerita alam liar, potret melalui lensamu. Lomba foto dan video ini digelar untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap satwa.

Direktur Pemasaran TSI Hans Manansang menjelaskan, lomba tersebut diikuti oleh berbagai kalangan seperti fotografer profesional, media, komunitas, dan masyarakat umum dengan berbagai tingkat kemahiran. Lomba ini digelar mulai 28 Juni 2023 hingga 16 September 2023.

“Sebenarnya lomba foto dan video ini ditujukan untuk membangun kedekatan antara satwa dengan masyarakat, agar masyarakat semakin peduli dan dekat dengan keberadaan satwa,” ujar Hans, Selasa (4/7/2023).

Dia mengatakan, ajang yang dilaksanakan ke-32 kalinya ini merupakan wujud nyata dari komitmen TSI, untuk terus mendorong edukasi dunia satwa termasuk upaya konservasinya di Indonesia. Hingga saat ini, sudah ada ribuan foto yang dikumpulkan TSI dari lomba-lomba yang diadakan sebelumnya.

"Kami percaya siapa saja bisa memberi kontribusi positif terhadap masa depan dan keberlanjutan satwa endemik di Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.

Namun, lanjut Hans, pada kali ini TSI ingin lebih fokus kepada jumlah pengikut atau peserta yang terlibat. Karena tujuan lomba itu untuk mendekatkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap satwa liar.

Di mana TSI telah menampung total 8.700 satwa, dari 400 spesies satwa dunia dan menyediakan fasilitas konservasi berstandar internasional. Menurut Hans, pusat konservasi dan riset TSI pun memiliki peran penting dalam perlindungan satwa, pemulihan, penangkaran, pelepasliaran serta pengembangan inovasi demi kelestarian mereka di Indonesia.

“Kami berharap melalui karya-karya yang dihasilkan, masyarakat jadi semakin terhubung dengan dunia satwa yang indah namun rentan ini dan membangkitkan kecintaan terhadap satwa dan melindungi satwa-satwa ini dari kepunahan,” ucapnya.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Eksploitasia mengatakan, lomba tersebut menjadi salah satu bentuk edukasi kepada publik. Dengan adanya edukasi ini, dia berharap, pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan oleh semua orang.

Dia mengatakan, TSI merupakan salah satu lembaga konservasi eksitu, yakni konservasi hayati di luar habitat aslinya. “Peranan TSI dalam konteks eksitu adalah berkontribusi juga bagi kehidupan satwa liar. Dalam hal ini, kita punya program ‘eksitu link to insitu’. Jadi keberadaan konservasi eksitu ini mesti berkontribusi juga bagi kehidupan hayati di alam liar,” katanya.

Sebagai contoh, ia melanjutkan, hewan yang dikonservasi oleh TSI, hasil anakannya nanti sebagian akan dikembalikan ke alam liar untuk mendukung keberadaan hayati di habitat aslinya. Tak hanya TSI, semua lembaga konservasi eksitu memiliki kewajiban yang sama.

“Semua lembaga konservasi eksitu itu memiliki kewajiban yang demikian. Misalnya ia mengembangbiakan Jalak Bali. Nanti hasil anakan Jalak Bali itu nanti akan dikembalikan ke habitat aslinya,” jelas Indra.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement