REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Pedagang beras di Pasar Kosambi Kota Bandung mengungkapkan harga beras medium dan premium relatif masih tinggi. Selain itu, stok beras yang dimiliki di kios maupun di gudang relatif terbatas.
"Harga beras medium itu Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram, premium Rp 16 per kilogram sampai Rp 18 ribu per kilogram," ujar Andri Taher salah seorang pedagang beras di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Selasa (19/8/2025).
Andri mengatakan, kenaikan harga beras berlangsung sejak bulan Juli secara bertahap. Andri mengaku belum mengetahui penyebab pasti kenaikan harga beras akan tetapi disinyalir karena stok terbatas dan panen yang berkurang. "Stok terbatas, panen berkurang panen bisa berapa ton petani sekarang berkurang," kata dia.
Saat ini, kata dia, di kios tidak tersedia stok beras. Akan tetapi, di gudang terdapat empat ton beras dan harus ditambah mengingat hujan yang terjadi bakal berdampak kepada kenaikan harga beras. "Pengusaha kuliner pasti protes kenaikan harga, biasa beli sekarung 25 kilogram jadi 15 kilogram. Daya beli juga," katanya.
Selain itu, kata dia, para pedagang belum mendapatkan penyaluran beras SPHP Bulog. Ia mengatakan masih dilakukan pendataan oleh petugas. "Sudah ada pendataan tapi belum ada pengiriman di Kosambi. Di pasar pasar lain udah ada," katanya.
Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengklaim harga beras relatif masih terkendali di pasar-pasar tradisional di Indonesia. Apalagi sebelumnya telah dilakukan penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog.
"Sudah mulai terkendali (harga beras)," ujar Budi, disela-sela memberikan keterangan pers terkait pengungkapan pakaian bekas di pergudangan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Selasa (19/8/2025).
Apalagi ia menuturkan, beras SPHP telah disalurkan kepada masyarakat beberapa waktu lalu. Pihaknya terus melakukan pengawasan di seluruh tempat distribusi beras di seluruh Indonesia. "Kita terus melakukan pengawasan, saya kira kan sekarang SPHP sudah disalurkan," kata dia.