Selasa 19 Aug 2025 15:05 WIB

Viral Siswa SMP tak Bisa Baca dan Siswa SMA tak Bisa Perkalian Dasar, Ini Reaksi Lucky Hakim

Lucky semakin terkejut ternyata banyak anak lulus SD yang tidak bisa membaca

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Bupati Indramayu, Lucky Hakim.
Foto: Lilis Sri Handayani
Bupati Indramayu, Lucky Hakim.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Video yang menunjukkan siswa SMP kelas 9 tak bisa membaca dan siswa SMA kelas 12 tak bisa perkalian dasar di Kabupaten Indramayu, viral di media sosial. Kondisi itu mengejutkan sekaligus membuat kesal Bupati Indramayu, Lucky Hakim.

Lucky menjelaskan, hal tersebut diketahui saat Satpol PP Kabupaten Indramayu melakukan razia terhadap para siswa yang membolos sekolah. Hasilnya, terjaring sejumlah siswa, baik SMP dan SMA yang membolos.

Baca Juga

Razia tersebut dilakukan Satpol PP Indramayu pada Senin (11/8/2025) lalu. Mereka kemudian dibawa ke Kantor Satpol PP dan Damkar Indramayu untuk dilakukan pembinaan hingga terungkap kemampuan akademik sejumlah siswa yang membolos itu.

“Saya kaget banget lihat video ketika Kasatpol PP Indramayu merazia anak-anak yang lagi bolos sekolah, terus ada pertanyaan simple, ternyata ditemukan ada anak SMP yang tidak bisa baca dan anak SMA yang tidak bisa mengalikan 3X4,” ujar Lucky, dalam rekaman videonya yang dikutip Republika, Selasa (19/8/2025).

Lucky kemudian mencari informasi mengenai hal itu. Ia pun semakin terkejut saat mengetahui ternyata banyak anak lulus SD yang tidak bisa membaca. “Saya terkaget-kaget dan gak nyangka,” kata Lucky.

Lucky pun mencari informasi lebih jauh mengenai penyebabnya. Ia memperoleh beberapa jawaban, di antaranya karena masalah kurikulum, undang-undang pendidikan, dan faktor lainnya. “Ini jadi PR saya selaku kepala daerah. Kita tuh membangun kabupaten dengan segala upaya, tapi kalau misalnya banyak orang-orang yang sudah umur belasan tahun dan pernah sekolah terus gak bisa baca,” katanya.

Jika warga yang tidak bisa membaca itu tidak pernah sekolah, kata Lucky, maka bisa diupayakan dengan program Kejar Paket. Namun jika yang tidak bisa membaca itu merupakan warga umur belasan tahun dan pernah sekolah, hal itu sangat disesalkan.

Untuk itu, Lucky meminta adanya peran serta dari pemerintah pusat menyikapi masalah tersebut. Menurutnya, Pemkab tidak bisa bergerak sendiri untuk mengatasi masalah itu. “Kita mau hajar habis-habisan di kabupaten pun kalau sistemnya tidak mendukung ya akan amburadul semua,” kata Lucky.

Lucky pun berharap, masalah tersebut bisa menjadi pembelajaran baginya, terutama entitas pendidikan dan pembuat undang-undang pendidikan. Ia menegaskan, harus ada solusi terhadap masalah tersebut agar masa depan bangsa tidak hancur.

Lucky mengatakan, sudah menjadi kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya. Namun yang menjadi ironi, ada lulusan SD yang tidak bisa membaca. “Jadi ini kesebelan saya, kesel banget dan saya gak tahu mesti kesel ke siapa, akhirnya saya bisanya kesel ke diri saya sendiri dulu, ini jadi PR besar buat saya,” kata Lucky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement