Selasa 25 Jul 2023 23:31 WIB

Pemkab Cianjur Petakan Daerah Rawan Kekeringan Saat Kemarau

Daerah rawan kekeringan saat musim kemarau disarankan membuat embung.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Area lahan pertanian.
Foto: Dok Republika
(ILUSTRASI) Area lahan pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat, melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP), memetakan potensi kekeringan saat musim kemarau. Petani di daerah rawan kekeringan diminta melakukan upaya antisipasi.

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) DTPHPKP Kabupaten Cianjur, Nur M Tri Johartantowi, mengatakan, pemetaan lapangan dilakukan untuk melihat tingkat potensi kekeringan di wilayah kecamatan.

Baca Juga

“Kami sudah melakukan pemetaan dengan warna. Untuk kawasan hijau tua, artinya aman. Hijau muda agak aman; cokelat agak rawan; kuning rawan; dan terakhir merah, sangat rawan,” kata Nur di Cianjur, Selasa (25/7/2023).

Berdasarkan hasil pemetaan, wilayah dengan warna hijau tua, yaitu Kecamatan Cugenang dan Agrabinta.

Warna hijau muda mencakup Kecamatan Cipanas, Cikalongkulon, Mande, Pacet, Warungkondang, Gekbrong, Cianjur, Bojongpicung, Campaka, Campakamulya, Sukanagara, Pagelaran, Pasirkuda, Leles, Cibinong, Sindangbarang, Cikadu, dan Cidaun.

Wilayah dengan warna cokelat atau agak rawan kekeringan, di antaranya Kecamatan Sukaresmi, Karangtengah, Sukaluyu, Cilaku, Ciranjang, Haurwangi, Takokak, Kadupandak, Cijati, dan Tanggeung.

Nur mengatakan, pemerintah kecamatan dan desa di daerah yang dinilai rawan kekeringan diminta melakukan upaya antisipasi. Termasuk terkait pengairan lahan pertanian. Pemerintah kecamatan atau desa disarankan membangun tempat penampungan air atau embung.

“Solusi yang harus dilakukan di musim kemarau ini, selain mengubah pola tanam, petani menyiapkan air dari penampungan atau embung untuk dialirkan ke lahan pertanian, sehingga tetap produktif di saat musim kering,” kata Nur.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur Asep Kusmana mengatakan, pihaknya juga mengantisipasi dampak musim kemarau, yang puncaknya diperkirakan terjadi pada Agustus dan September.

Menurut Asep, beberapa pekan terakhir ada laporan warga di sejumlah wilayah yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Namun, kata dia, masih ada air sungai dan mata air, meskipun jaraknya terbilang jauh dari perkampungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement