REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA — Memasuki dasarian II Agustus (tanggal 11-20), sebagian besar wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), Jawa Barat, mendapatkan peringatan dini siaga kekeringan meteorologis. Hal ini terkait dengan kondisi curah hujan.
Informasi peringatan dini kekeringan meteorologis disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dalam informasi itu, BMKG mengklasifikasikan peringatan dini kekeringan meteorologis pada level awas, siaga, dan waspada.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn menjelaskan, kekeringan meteorologis adalah berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang dan dalam kurun waktu tertentu.
“Sebagian besar wilayah Ciayumajakuning masuk pada klasifikasi peringatan dini siaga kekeringan,” kata pria yang akrab disapa Faiz itu, Rabu (16/8/2023).
Menurut Faiz, ada sebagian kecil daerah di wilayah Kabupaten Indramayu yang masuk klasifikasi peringatan dini waspada kekeringan. Di mana kondisi hari tanpa hujan lebih dari 21 hari, dengan prakiraan curah hujan rendah di bawah 20 milimeter (mm) per dasarian.
Faiz mengatakan, daerah di Kabupaten Indramayu yang diberi peringatan waspada kekeringan itu adalah Kecamatan Anjatan, Kecamatan Bongas, Kecamatan Indramayu, dan Kecamatan Pasekan.
Berdasarkan pantauan Republika di wilayah Kecamatan Indramayu, hujan sudah tidak turun lebih dari sebulan terakhir. Suhu udara pun terasa panas menyengat dan kering, sejak pagi hingga sore hari.
Faiz menjelaskan, Agustus merupakan puncak musim kemarau di sebagian besar daerah wilayah Ciayumajakuning. Suhu maksimum pada Agustus di wilayah tersebut diperkirakan mencapai 34-36 derajat Celsius.
Selain suhu udara panas, menurut Faiz, kelembapan udara di wilayah Ciayumajakuning cenderung rendah, yakni sekitar 40 persen. Kondisi tersebut menyebabkan udara juga terasa kering.
Masyarakat diimbau mewaspadai dampak dari musim kemarau ini. Apalagi terjadi fenomena iklim El Nino, yang dapat membuat musim kemarau lebih panjang.