REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin Jabar sedang menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor. Sepanjang 2024, tercatat ada 1.389 bencana hidrometeorologi di Jabar.
"Dengan potensi meningkatnya intensitas curah hujan hingga awal tahun 2025, kita perlu bersiap untuk momen libur Natal dan Tahun Baru," ujar Bey usai menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Gedung Pakuan, Kota Bandung, akhir pekan ini.
Rakor ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi termasuk pada saat libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Hadir dalam rapat tersebut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Anggota Komisi Delapan DPR RI, dan kepala daerah di Jabar, turut menghadiri rakor tersebut. "Biasanya diiringi pergerakan masyarakat ke kampung halaman maupun destinasi wisata," imbuhnya.
Bey mengatakan, potensi bencana banjir di Jabar terkonsentrasi di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Banjar
Sedangkan potensi bencana banjir bandang di Jabar termasuk pada kelas tinggi, terutama di Kabupaten Garut yang dialiri oleh Sungai Cimanuk, Sungai Cikaengan, Sungai Cilaki, Sungai Cirompang, dan Sungai Cikandang. Untuk bencana tanah longsor, Jabar memiliki tingkat bahaya sedang-tinggi meliputi wilayah bagian tengah dan bagian selatan.
"Untuk cuaca ekstrem, secara keseluruhan tingkat risiko di Jabar adalah tinggi, terutama potensi terjadi di Kabupaten Indramayu," katanya.
Bey berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada, memantau informasi terkini dan mematuhi arahan dari petugas di lapangan. "Mari bersama-sama kita wujudkan kesiapsiagaan yang lebih baik agar Jabar tetap aman, nyaman dan kondusif dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini," katanya.
Sementara menurut Kepala BNPB Suharyanto, Jabar menjadi yang pertama memulai Rakor itu. Karena, sebagai salah satu provinsi yang tinggi ancaman banjir dan tanah longsor atau hidrometeorologi.
"Hari ini disamping rapat koordinasi, kami juga memberikan bantuan untuk meningkatkan kesiapan daerah, baik bantuan bersifat anggaran awal dan perlengkapan. Jadi jika nanti terjadi bencana di Provinsi Jabar, BPBD itu sudah bisa mengambil langkah duluan karena sudah punya anggaran, sudah punya perlengkapan," paparnya.
Suharyanto menjelaskan setiap provinsi akan diberi bantuan anggaran sebesar Rp250 juta dengan 21 jenis perlengkapan seperti perahu karet, sembako, matras, selimut dan lainnya.
"Untuk kabupaten kota, Rp200 juta dan perlengkapannya senilai Rp 1,7 miliar, jika dihitung nilai uang semuanya kurang lebih 55 miliar rupiah untuk Provinsi Jabar, digunakan untuk siaga darurat," katanya.
Ia pun menuturkan, Jabar dalam 10 tahun terakhir memiliki potensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi kedua secara nasional. "Kita lihat medan-medannya, konturnya begitu banyak gunung, kalau sudah hujan deras daerah bencana, daerah wisata itu biasanya di daerah rawan bencana. Masyarakat (Jabar) harus tetap hari-hati dan waspada," paparnya.