REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA-- Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi telah menyebabkan banjir di wilayah Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Selasa (7/1/2025) sekitar pukul 00.45 WIB. Meski demikian, tidak ada warga yang mengungsi.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Pertama Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Majalengka, Wawan Suryawan menjelaskan, banjir terjadi setelah hujan mengguyur wilayah tersebut selama lebih dari dua jam. Hal itu menyebabkan debit air sungai Cikamangi menjadi tinggi.
Di saat bersamaan, saluran drainase di wilayah tersebut kurang tertata dnegan baik. Akibanya, banjir pun menggenangi Desa Leuweunghapit, terutama di Blok Senin, yang berada di pinggir aliran sungai Cikamangi. “Air merendam permukiman warga (dengan ketinggian) sekitar 50 centimeter,” ujar Wawan.
Selain merendam sejumlah rumah milik warga, banjir juga menggenangi delapan hektare areal sawah. Selain itu, terdapat pula lima titik tanggul yang jebol, dengan ukuran sekitar 30 centimeter. Hingga siang ini, air masih terlihat menggenangi permukiman warga. Meski merasa terganggu, namun warga tidak ada yang mengungsi dan memilih bertahan di rumah masing-masing.
Para personel BPBD Kabupaten Majalengka juga masih disiagakan di Desa Leuweunghapit untuk membantu warga terdampak banjir. "Kami masih bersiaga untuk membantu masyarakat, dan belum dapat diperkirakan kapan banjir akan surut," katanya.
Sementara itu, banjir di Desa Leuweunghapit itu mendapat sorotan dari Wakil Ketua DPRD Kabupaten Majalengka, Juhana Zulfan. Pasalnya, wilayah tersebut mengalami langganan banjir saat musim hujan. Ia meminta agar Pemkab Majalengka dan BBWS Cimanuk - Cisanggarung segera bertindak untuk mengatasi banjir tersebut. "Bencana banjir ini selalu berulang, sehingga sudah seharusnya menjadi perhatian serius dan prioritas pemda, BWWS, maupun unsur terkait lainnya," kata Juhana.
Ia menjelaskan, sejumlah faktor penyebab banjir tersebut, di antaranya, kondisi sungai yang mengalami pendangkalan sehingga tidak mampu menampung debit air hujan. Apalagi, Desa Leuweunghapit menjadi daerah aliran sungai (DAS) dari tiga sungai sekaligus, yakni sungai Cikamangi, Sungai Bunton, dan Sungai Ciranggon. "Selain itu, drainase di pinggir-pinggir jalan juga banyak yang tertutup, sehingga menyebabkan air hujan tidak dapat mengalir langsung ke sungai, dan akhirnya meluap ke permukiman warga," katanya.
Selain menganggu kenyamanan warga, ia juga khawatir banjir akan mengganggu aktivitas pertanian di Desa Leuweunghapit. Apalagi. sebagian besar masyarakat desa tersebut bekerja sebagai petani. "Produktivitas pertanian masyarakat bisa menurun sehingga berpengaruh pada perekonomian mereka,” katanya.