REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT--Suasana di sebuah perkebunan di Kampung Pasir Tarasi RT 01/03 Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat mendadak ramai teriakan anak-anak pada Kamis (13/3/2025) sore. Mereka sedang ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa.
Namun, ngabuburit ala anak-anak pelosok di Bandung Barat cukup unik dan menenggangkan bermain bermain lori. Permainan tradisional itu terbuat dari pohon aren serupa roller coaster di sebuah wahana wisata. Bedanya, lori terdiri dari lintasan dua rel serta papan seluncur tanpa memakai roda.
Seluruh bahan baku rel dan papan seluncur itu memakai aren serta bambu. Agar bisa meluncur cepat, lori akan dibuat di sebuah area lereng atau memakai minyak pelumas bekas."Iya ini ikut main lori sambil ngabuburit nunggu buka puasa sama temen-temen," ujar Gisell Gina Qonita (12), salah seorang anak.
Mimik cemas terlihat dari wajah Gisell karena ini pertama kalinya menaiki lori tradisional. Anak kelas 6 sekolah dasar itu harus mengumpulkan nyali lebih besar agar mantap berseluncur dengan kecepatan tinggi di atas kereta lori.
Kekhawatiran potensi terjatuh atau tersungkur karena salah pijakan sempat membuat Sindi batal menjajalnya. Namun, sekalinya mencoba Gisell malah ketagihan sehingga cemas itu berubah jadi tawa. Sindi akhirnya naik di atas papan seluncur, guna mengusir ketakutan ia menjerit sejadi-jadinya hingga sampai di garis akhir.
"Awalnya takut jatuh, tapi sekali nyoba pengen lagi. Saya tahu permainan lori dari cerita orang tua dulu. Cuma belum pernah mencoba, akhirnya sekarang bisa rasakan langsung naik ini," kata dia.
Ia ingin permainan seperti ini terus diadakan setiap tahun. Selain melestarikan permainan tradisional, bermain lori juga cukup membuat Gisel senang, sehingga menunggu waktu berbuka puasa pun seperti tidak terasa. "Senang sekali bisa main ini. Sekalian sambil ngabuburit menunggu Magrib tiba. Jadi kalau seru kan gak terasa waktu puasanya," kata Gissel.
Pemain lori ini sengaja dibuat Karang Tatuna Desa Cijambu untuk momen ngabuburit bulan Ramadhan serta upaya memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Selain lori, Karang Taruna inisiatif membuat 2 permainan tradisional lainnya yakni tarik upih serta meriam lodong.
Permainan tarik upih adalah permainan tradisional yang menggunakan pelepah daun pinang atau kelapa untuk dinaiki atau saling bapalan. Sedangkan, meriam lodong merupakan permainan serupa meriam yang mengeluarkan suara keras dari proses pembakaran gas kalsium karbida atau karbit yang telah dicampur air.
"Kami karang taruna bersama warga pada momen Ramadan ini menyediakan permainan tradisional sebagai wahana ngabuburit. Kaki ingin permainan dulu itu dikenal anak-anak sekarang sehingga bisa dilestarikan," kata Iwan Ridwan (50), Ketua Karang Tatuna Unit 3 Desa Cijambu.
Menurutnya, kehadiran tiga permainan tradisional yang dibuat Karang Tatuna ini cukup menyita perhatian anak-anak. Mulai dari jenjang PAUD hingga SMA berbondong-bondong mencoba secara gratis permainan tersebut. Antusiasme ini sangat menggembirakan karena masih banyak anak-anak yang mau main permainan tradisional.
"Ternyata antusiasme anak-anak sangat besar. Ini bukti bahwa faktornya bukan karena ada teknologi dan lainnya, mungkin karena anak-anak gak pernah dikenalkan langsung. Jadi kita bertekad ini jadi festival rutin, tiap Ramadan kita buat," kata Iwan.