Sabtu 26 Jul 2025 20:24 WIB

Dispernakan KBB Investigasi Kematian Misterius Sapi Betina di Lembang

Secara umum, ternak yang dilihat semua dalam kondisi sehat.

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Sapi Milik Peternak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sapi di Wilayah Tersebut Dilaporkan Mati Mendadak dan Misterius.
Foto: Ferry Bangkit
Sapi Milik Peternak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sapi di Wilayah Tersebut Dilaporkan Mati Mendadak dan Misterius.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB) sedang menelusuri penyebab kematian mendadak sapi betina milik peternak di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dispernakan KBB, Acep Rohimat mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan kondisi kandang. Yakni, dengan mengambil sampel makanan, darah, dan meminta keterangan dari para pemilik sapi, setelah kejadian belasan sapi perah yang mati mendadak usai terjangkit penyakit aneh yang belum diketahui penyebabnya.

Baca Juga

"Kami mendatangi beberapa kandang sapi milik peternak di wilayah Desa Cikahuripan, untuk merespons laporan adanya kematian mati mendadak sapi milik sejumlah peternak," ujar Acep saat dihubungi, Sabtu (26/7/2025).

Acep mengatakan, ia menyelidiki kronologis atau tanda-tanda sebelum sapi-sapi itu mati untuk mendapatkan gambaran yang utuh. Adapun secara umum, ternak yang dilihat semua dalam kondisi sehat. Hal ini terlihat dari perilaku makan yang masih normal dan kondisi fisik, seperti hidung yang masih basah dimana menandakan tidak ada gejala demam atau gejala Penyakit Mulut Kuku (PMK).

"Kalau melihat kondisi sapi yang lain sehat, meskipun untuk kondisi kandang ada beberapa catatan yang harus jadi perhatian peternak," katanya.

Sementara terkait penyebab pasti kematian belasan sapi itu, kata Acep, pihaknya telah melakukan pemeriksaan fisik secara visual dan mengambil sampel darah untuk diuji di laboratorium. "Kami sebagai dokter hewan tidak bisa menebak penyebab penyakit tanpa hasil lab yang valid. Perkiraan hasil lab akan keluar sekitar satu minggu ke depan. Terus meski ini terjadi dan di laporkan di beberapa titik, belum bisa dikategorikan sebagai wabah," katanya.

Pada kesempatan tersebut dirinya juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kandang. Sebab salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak adalah biosekuriti kandang. "Peternak diimbau agar segera melapor jika mendapati ternaknya menunjukkan gejala sakit. Lalu, hewan yang sakit harus segera dipisahkan dari yang sehat untuk mencegah penularan penyakit," katanya.

Sebelumnya, Iyus (43) salah seorang peternak asal Kampung Pojok Girang, RT 01/04,Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang mengaku sapi betinanya mati mendadak. Belum diketahui penyebab pastinya, namun gejalanya berbeda dengan Penyakit Mulut Kuku (PMK) yang sebelumnya pernah mewabah.

"Sapinya betina, mendadak mati hari Rabu kemarin tanggal 23 Juli. Tiba-tiba kejang-kejang, padahal sebelumnya sehat dan setelah 7 hari melahirkan," kata Iyus (43).

Awalnya Iyus sama sekali tidak melihat tanda-tanda mencurigakan dari sapi perah berbobot 300 kilogram seharga Rp 30 juta itu. Bahkan pada hari Senin sempat diberi vaksin vitamin. Hanya saja sapi itu agak sulit diperas susunya karena ambing atau puting susu sapinya membesar sehingga sulit untuk diperas. "Waktu diperas dapat 14 liter susu, padahal kalau normal itu bisa sampai 25 liter lebih," katanya.

Enok (50), peternak lainnya mengaku sapinya yang mati mendadak mengalami tanda-tanda kaki sapi bengkak, air susunya gak keluar. Setelah daging sapi dibelah, organ dalamnya bermasalah, jantungnya bengkak, penyakitnya seperti menyerang limpa dan paru-paru.

"Sapi saya mati setelah melahirkan, anak sapinya yang baru lahir juga ikut terinfeksi dengan gejala kejang-kejang dan mati. Enggak tau kenapa, belum pernah seperti ini," kata Enok.

Enok mengatakan, penyakit ini hanya menyerang sapi betina bunting. Kasus kematian terakhir di wilayah tersebut terjadi beberapa hari lalu yang dialami tetangganya. Untuk menghindari kerugian lebih besar, ada peternak yang menjual sapi mereka dengan harga murah. "Kejadian ini sudah dilaporkan, sebab peternak khawatir akan semakin memburuk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement