Kamis 21 Aug 2025 08:51 WIB

Dedi Mulyadi Ingin Hirilisasi Sukun, Bisakah Menjadi Pengganti Beras?

Sukun memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Karta Raharja Ucu
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto hingga Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono menjadi pembicara pada acara hilirisasi agroforestri berbasis sukun di Gedung Rektorat Unpad,  Rabu (20/8/2025). Sukun bisa menjadi salah satu alternatif pengganti beras yang memiliki serat tinggi.
Foto: M Fauzi Ridwan/ Republika
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto hingga Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono menjadi pembicara pada acara hilirisasi agroforestri berbasis sukun di Gedung Rektorat Unpad, Rabu (20/8/2025). Sukun bisa menjadi salah satu alternatif pengganti beras yang memiliki serat tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Buah sukun didorong menjadi alternatif pangan pengganti atau pendamping beras di masyarakat Jawa Barat. Karena itu, berbagai cara dan strategi dipersiapkan agar sukun diminati dan bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku sudah lama menanam sukun di rumahnya dan menikmati olahan pangan tersebut. Ia mengungkapkan tidak asing dengan produk olahan berbahan sukun.

"Kalau saya 'tukang' tanamin sukun. Rumah saya banyak sukun, gak aneh," ucap dia seusai menjadi keynote speaker di acara Seminar Nasional Agroforestri Berbasis Sukun di Gedung Rektorat Unpad, Rabu (20/8/2025).

Mulai November 2025, ia mengaku bakal menanam sukun dan kelapa di bantaran sungai yang dikelola Pemprov Jawa Barat. Dedi pun akan menganggarkan dana untuk pengembangan hilirisasi sukun dengan produk olahannya.

"Seluruh daerah bantaran sungai yang dikelola oleh Pemprov Jabar akan ditanami mulai nanti bulan November, kelapa dan sukun," kata dia.

Sementara itu, Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono mendorong pembentukan badan usaha koperasi bagi masyarakat yang fokus memanfaatkan hasil produk agroforestri mulai dari sukun, kopi dan lainnya. Koperasi tersebut, ia mengatakan akan melakukan pengolahan sehingga sukun dan lainnya memiliki nilai tambah ekonomi.

"Perlu didorong pembentukan masyarakat yang mau memanfaatkan hasil produk agroforestri membentuk badan usaha koperasi. Nanti kami akan support penuh, baik komoditas apapun tidak hanya sukun, tapi kopi apapun yang ada di kawasan kehutanan," kata dia.

Ia mengatakan kementerian bakal mendorong seluruh komodtas agroforestri dijual ke pasar dalam negeri dan luar negeri. Termasuk mendapatkan akses permodalan.

Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto berharap sukun bisa menjadi salah satu alternatif pangan pengganti beras. Ia menyebut banyak produk olahan sukun yang memiliki cita rasa dan harus diperkenalkan ke masyarakat.

"Diharapkan sukun sebagai makanan alternatif pengganti beras, dan sekarang ada olahan yang enak-enak, bisa diperkenalkan ke masyarakat, mudah-mudahan bisa diterima dan bisa dipasarkan lebih luas," kata dia.

Ia mengatakan Komisi IV DPR RI akan mendorong Kementerian Kehutanan untuk menanam sukun lebih banyak di perhutanan sosial. Termasuk mengajak universitas membuat lebih banyak produk olahan dari sukun.

Di kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera Arie Malangyudo mengatakan berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat 100 gram sukun memiliki 4,7 gram serat. Jumlah tersebut tiga kali lipat dibandingkan nasi merah 1,6 gram dan nasi putih kurang dari 1 gram serta lemak kurang dari 1 gram.

Dari sisi lingkungan berdasarkan jurnal sustainability, ia mengatakan sukun memiliki serapan karbon lebih tinggi. Arie mengatakan sukun di perkebunan bisa menyerap 69,1 ton karbon per hektar, per tahun di bio massa di atas tanah selama 50 tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement