REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Untuk mengurai kemacetan, Pemprov Jabar kembali akan membangun dua jalan layang di Kota Bandung. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, di Kota Bandung ada beberapa pekerjaan yang sifatnya infrastruktur jalan. Yakni, pertama akan dibangun jalan layang Samsat sampai perempatan Buah Batu.
"Ini sedang dikondisikan dengan pusat," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai Peresmian Fly Over Jalan Pelajar Pejuang 45 dan Jalan Supratman, Kamis (22/4).
Menurut Emil, kedua jalan layang yang akan dibangun adalah jalan layang yang terhubung ke jalan tol. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pembahasan.
"Semua dibutuhkan semata-mata untuk melengkapi kondisi kelancaran lalu lintas yang tak bisa dihindari seiring kemajuan Kota Bandung dan pariwisatanya," katanya.
Tentu, menurut Emil, masih ada konsekuensi kemacetan. Oleh karena itu, untuk jangka panjang tetap diupayakan angkutan umum masal berbasis rel masuk kedalam rencana strategis dari Bappenas."Juga kita pelan-pelan sempurnakan agar lebih baik lagi," katanya.
Saat ditanya tentang pengaruh keberadaan jalan layang yang sudah dibangun ke lalu lintas Kota Bandung, Emil mengatakan, pengaruhnya sangat baik. Karena, bisa mengurangi antrian jalan. Sebelum ada jalan layang, di dearah pelajar pejuang sangat padat sekali.
"Tapi sekarang sangat lancar dan relatif nyaman. Testimoni ke Instagram pribadi saya juga banyak yang mengapresiasi. Walaupun di awal-awal banyak yang bully kan inginnya seperti sulap padahal semua berproses," paparnya.
Terkait anggaran pembangunan jalan layang, menurut Emil, sejauh ini anggaran infrastruktur tak akan terganggu walaupun ada pandemi Covid 19. Karena, ada dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Jadi yang diprioritaskan kerja-kerja infrastruktur. Anggaran tak kena refocusing jadi pekerjaan-pekerjaan itu (pembangunan jalan layang, red) kita lanjutkan tak terimbas covid," katanya.
Menurut Emil, pembangunan jalan layang tersebut teknologinya tak sama dengan Jembatan Layang Pelangi Antapani. Karena, jembatan Antapani dulu masih eksperimen. Sehingga kelanjutannya masih dikaji.
"Tapi karena waktunya mepet kita pakai yang konvensional dulu karena ketersediaan teknologinya tak seperti yang kita bayangkan. Tapi di masa depan ketersediaannya butuh waktu. Prinsipnya lebih cepat lebih murah," kata Emil.