Rabu 31 May 2023 16:23 WIB

Dilans Indonesia Soroti Fasilitas Ramah Difabel di Kota Bandung

Fasilitas ramah difabel di Kota Bandung dinilai belum merata.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Warga difabel menggunakan kursi roda melintasi trotoar di ruas Jalan Ir H Djuanda saat peringatan Hari Kursi Roda Internasional, Selasa (1/3/202
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga difabel menggunakan kursi roda melintasi trotoar di ruas Jalan Ir H Djuanda saat peringatan Hari Kursi Roda Internasional, Selasa (1/3/202

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pergerakan Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia menyoroti fasilitas ramah difabel di Kota Bandung, Jawa Barat, yang dinilai belum merata. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung diharapkan dapat benar-benar mewujudkan kota inklusif, termasuk untuk para difabel.

Dilans Indonesia dideklarasikan di Bandung pada 3 Desember 2021. Aden Achmad, dari Dilans Indonesia, mengakui sudah ada fasilitas publik yang ramah difabel di Kota Bandung. Namun, untuk Bandung disebut sebagai kota inklusif difabel, masih belum merata. “Belum begitu terasa,” ujar Aden, saat ditemui Republika di Taman Pramuka, Kota Bandung, Rabu (31/5/2023).

Baca Juga

Hari itu Aden mengikuti kegiatan Pelaksana Harian (Plh) Kota Bandung Ema Sumarna yang meninjau pemeliharaan trotoar di ruas Jalan LL RE Martadinata (Jalan Riau). Soal trotoar, kata Aden, sejauh ini belum banyak yang memenuhi standar keamanan untuk difabel, khususnya difabel netra dan pengguna kursi roda.

Aden mengatakan, trotoar yang ramah difabel baru ada di sejumlah ruas jalan utama alias belum merata. “Mungkin karena belum terintegrasi antardinas, jadi masih ada penempatan pot, tiang, begitu juga lapak PKL (pedagang kaki lima), yang menghalangi. Tapi, mungkin ke depannya segera bisa dibenahi,” kata dia.

Kemudian soal ram atau jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan dan lebar tertentu untuk memudahkan akses antarlantai bagi difabel. “Dulu hampir semua trotoar di Kota Bandung belum nyambung ke ram yang aman untuk disabilitas. Sekarang sudah bertahap, walaupun belum semuanya. Terutama di jalan utama, tapi masih sedikit,” ujar Aden.

Aden menilai, Kota Bandung masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah untuk bisa disebut sebagai kota inklusif bagi difabel. Di antaranya sarana penyeberangan jalan dan transportasi. “Transportasi juga masih belum ramah (difabel). Sejauh ini mungkin hanya TMB (Trans Metro Bandung), itu juga belum semuanya. Angkutan lain juga belum,” kata dia.

Aden berharap Pemkot Bandung dapat lebih menonjolkan esensi kota inklusif. Komunitas difabel, seperti Dilans Indonesia, kata dia, akan terus berupaya menyuarakan dan mengampanyekan penataan Kota Bandung agar menjadi kota yang benar-benar ramah difabel.

Insyaallah, kalau Kota Bandung sudah benar-benar ramah disabilitas, maka akan ramah juga untuk semua kelompok masyarakat mana pun. Tidak hanya kelompok inklusi, tapi juga anak, ibu hamil, dan lansia (warga lanjut usia),” ujar Aden. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement