Kamis 17 Jul 2025 10:55 WIB

Respons Orangtua dan Siswa Soal Kebijakan Dedi Mulyadi 50 Siswa Per Kelas di Bandung: Kebanyakan

Orang tua khawatir akan ada siswa yang tidak akan terperhatikan oleh guru

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Aktivitas siswa dan siswi SMAN 1 Bandung datang ke sekolah saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di hari ke empat, Kamis (17/7/2025).
Foto: M Fauzi Ridwan.
Aktivitas siswa dan siswi SMAN 1 Bandung datang ke sekolah saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di hari ke empat, Kamis (17/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sejumlah orangtua dan siswa memberikan respons terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi yang menambah kuota per kelas menjadi 50 orang di sekolah negeri. Mereka menilai jumlah tersebut terlalu banyak.

Widaningsih, kakak dari salah seorang siswa di SMAN 1 Bandung menilai kuota jumlah siswa per kelas menjadi 50 orang terlalu banyak. Ia mengatakan bakal terdapat siswa yang tidak akan terperhatikan oleh guru kelas atau yang sedang mengajar.

Baca Juga

"Kayanya kebanyakan 50 siswa takutnya gak terperhatikan kan banyak, idealnya 40 orang masih mending," ujar Widaningsih saat ditemui di SMAN 1 Bandung, Kamis (17/7/2025).

Ia menuturkan rata-rata ideal siswa untuk satu kelas sebanyak 30 hingga 35 orang. Sementara itu terkait dengan masuk sekolah pukul 06.30 WIB, Wida mengatakan sangat mendukung kebijakan tersebut. "06.30 WIB mah gak keberatan karena sejak SMP sudah masuk pukul 06.00 WIB, SMP 44 Bandung," kata dia.

Dengan berangkat lebih pagi, ia menilai adiknya lebih disiplin. Ia mengatakan adiknya Aisyah dirawat olehnya karena bapaknya telah meninggal dunia empat tahun lalu.

Salah seorang siswa kelas X SMAN 1 Bandung Misca mengaku tidak masalah dengan jumlah siswa di kelasnya yang mencapai 44 orang. Ia merasa akan lebih banyak teman. "Malah bikin senang karena temannya lebih banyak, seru," kata dia.

Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tersebut berdampak kepada sekolah swasta. Para sekolah keberatan dengan kebijakan tersebut karena membuat siswa berkurang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement