REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Pedagang ayam di pasar tradisional di Kota Cimahi, Jawa Barat mengeluhkan turunnya penjualan. Bahkan, menurut pedagang kondisi saat ini jauh lebih buruk ketimbang saat pandemi COVID-19 melanda beberapa tahun lalu.
Aep (50) salah satu pedagang Pasar Atas Baru Kota Cimahi yang mengalami hal tersebut. Secara kuantitas, penjualan juga menurun drastis. Biasanya ia dan pedagang lainnya bisa menjual sampai 1 kuintal ayam potong. Namun kini, mampu menjual ayam potong sebanyak 40 kilogram pun sudah bagus.
"40 kilogram itu sudah bagus, di sini ada beberapa kios yang tutup ya karena modal enggak muter. Makanya ini saya bilang paling parah kondisinya, kalau waktu COVID-19 itu jualan tetap bagus," ujar Aep, Kamis (7/8/2025).
Menurut Aep, penyebab menurunnya penjualan ayam potong di pasar tradisional dikarenakan menjamurnya pedagang ayam potong di jalanan. Memang beberapa tahun ini lapak daging ayam potong di pinggir jalanan Cimahi bermunculan tak terkendali, namun semakin kesini jumlahnya semakin banyak.
"Ini yang paling parah selama saya jual ayam potong, sudah 20 tahunan. Paling cuma 40 persenan lah sisanya, itu juga kebanyakan yang sudah langganan," kata dia.
Aep mengatakan, penjual lapak ayam potong di pinggir jalan hadir sebagai pesaing tak sehat. Sebab harga jualnya jauh lebih murah ketimbang di pasar tradisional. Alhasil pembeli memilih datang ke lapak pinggir jalan daripada jauh-jauh ke pasar apalagi ke pedagang sayur keliling.
"Yang di pinggir jalan itu mulai dari Rp24 ribu sampai Rp29 ribu per kilogram, kalau di pasar mulai dari Rp30 ribu sampai Rp35 ribu per kilogram. Itu harga dari bandar dan sesuai anjuran pemerintah. Makanya ini jadi persaingan yang enggak sehat," kata Aep.
Menurut Aep, mahalnya harga daging ayam di pasar tradisional ditunjang dengan kualitas daging yang lebih baik, higienis, bahkan ada yang sudah bersertifikasi halal. "Kalau di kita kan dagingnya terjamin, saya saja sudah bersertifikasi halal dan itu enggak mudah buat dapatnya. Di kita lebih higienis pastinya, karena rutin dicek juga sama dinas. Kalau yang di luar (pinggir jalan) kualitas dagingnya gimana, saya enggak mau komentara apa-apa," papar Aep.
Aep menyebut sudah beberapa kali menyampaikan masalah keberadaan pelapak jalanan itu ke Wali Kota Cimahi dan dinas terkait. Namun belum ada respons apapun sampai saat ini.
"Jadi ini sudah sering saya sampaikan, ke Pak Wali sudah, ke dinas juga sudah kalau mereka lagi sidak harga di pasar. Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan apa-apa," kata Aep.
Aspirasi pedagang ayam potong di pasar tradisional Cimahi semuanya sepakat meminta pemerintah menertibkan keberadaan lapak-lapak liar tersebut. Sementara mereka yang berjualan di pasar dan harus membayar pajak, kondisinya justru tak terperhatikan.
"Intinya ingin ditertibkan, jelas-jelas merugikan pedagang di pasar tradisional. Yang di pasar ini (Pasar Atas Baru) saja ada 40 pedagang, semua sepakat minta ditertibkan. Kalau sepengetahuan saya, itu lebih dari 100 lapak di pinggir jalan, bukan cuma di jalan utama tapi sampai ke gang-gang juga banyak," kata Aep.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian (Disdagkoperind) Kota Cimahi, Hella Haerani mengatakan pihaknya sudah memonitor permasalahan tersebut. "Kami tetap pantau kondisi ini, tapi kalau melihat kondisi di lapangan beda 100 perak saja ibu-ibu pindah. Jadi itu bagaimana strategi marketing masing-masing pedagang, tapi intinya jangan saling menjatuhkan," kata Hella.