Senin 15 Feb 2021 06:54 WIB

Sebanyak 6.000 Calon Petani Milenial Jabar Sudah Mendaftar

Profil para pendaftar sekitar 45 persen berumur 20-24 tahun.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Seorang anggota Asosiasi Petani Milenial Porang Galuh (APMPG) merawat tanaman porang di Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (17/1/2020). Menurut para petani, permintaan umbi porang untuk industri belum terpenuhi, petani hanya mampu memenuhi 15-20 persen dari 10 juta ton permintaan porang per tahun untuk satu industri, sehingga petani porang Galuh memberdayakan petani muda untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif.
Foto: ADENG BUSTOMI/ANTARA
Seorang anggota Asosiasi Petani Milenial Porang Galuh (APMPG) merawat tanaman porang di Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (17/1/2020). Menurut para petani, permintaan umbi porang untuk industri belum terpenuhi, petani hanya mampu memenuhi 15-20 persen dari 10 juta ton permintaan porang per tahun untuk satu industri, sehingga petani porang Galuh memberdayakan petani muda untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Sebanyak 6.000 milenial Jawa Barat (Jabar) telah mendaftar program Petani Milenial Juara melalui situs https://petanimilenial.jabarprov.go.id/. Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar mengatakan, pendaftaran Petani Milenial Juara masih dibuka. Gubernur Jabar Ridwan Kamil menargetkan 5.000 milenial tergabung dalam program tersebut. "Pendaftaran program Petani Milenial masih terus berjalan hingga kini. Sedangkan, waktu penutupan akan diinfokan kembali," kata Benny di Bandung dalam siaran pers yang diterima Republika.

Milenial paling banyak mendaftar berasal dari kawasan Bandung Raya seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang dan Garut. Profil para pendaftar sekitar 45 persen berumur 20-24 tahun dan 28 persen berumur 25-29 tahun. Pendaftar didominasi laki-laki sekitar 87 persen sedangkan perempuan 13 persen.  

Setelah mendaftar, para calon petani muda ini akan disaring secara administrasi, salah satunya terkait pemenuhan syarat bila diperlukan kredit dari lembaga keuangan. Kemudian, calon petani akan menjalani skrining teknis di perangkat daerah. Setelah lolos, pemuda ini akan dilatih lebih dalam sebelum terjun ke lapangan. Benny menuturkan, program Petani Milenial Juara ini tidak hanya mencakup bidang pertanian tapi termasuk peternakan, perikanan, dan perkebunan. 

"Komoditas akan sangat variatif. Untuk pertanian, mulai dari jagung, jahe, ubi-ubian, sampai tanaman holtikultura. Di sektor perkebunan adalah serahwangi. Kemudian, madu dan jamur tiram. Selain itu, budidaya penggemukan domba, ayam boiler, ayam petelur dan ternak puyuh. Sedangkan di sektor perikanan yakni budidaya ikan tawar lewat kolam plastik," imbuhnya.  

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar sendiri akan mengarahkan petani milenial untuk mengembangkan burung puyuh. Menurut Kepala DKPP Jawa Barat Jafar Ismail, burung puyuh dipilih karena hanya membutuhkan lahan 50 meter persegi dengan waktu pemeliharaan hanya 60 menit per hari. Satu unit peternakan dengan 1.000 ekor burung puyuh membutuhkan investasi Rp22 juta. Dengan perhitungan kasar keberhasilan bertelur 70-80 persen, telur yang dapat diproduksi sekitar 800 butir per hari dengan nilai jual Rp240 ribu. 

Setelah dipotong biaya produksi, keuntungan bersih Rp80.000 per hari atau Rp2,4 juta per bulan. “Itu dari 1.000 ekor, kalau dua kali lipatnya tentu keuntungan bertambah,” katanya. Jafar menyebutkan, dari pengalaman, petani burung puyuh dapat balik modal (break event point) pada bulan kesembilan.  “Petani milenial ini peluang di masa pandemi, pertanian sangat dibutuhkan dalam situasi apapun karena urusan makan tidak bisa ditunda- tunda,” tutur Jafar.  

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar Ajat Sudrajat menuturkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menargetkan 5.000 petani milenial dapat terjaring pada pilot project ini. “Salah satu persyaratan (teknis) adalah dia harus punya pengalaman dengan pertanian minimal empat bulan. Karena ini kaitanya dengan kredit, risikonya akan tinggi jika modal disalurkan ke orang yang belum pernah mengenal pertanian sama sekali,” ujarnya.

Menurut Ajat, pihaknya untuk tahap pertama ini akan mengarahkan petani milenial ini untuk membudidayakan jagung, Ubi Jepang. Jagung dan Ubi Jepang dipilih sebagai komoditas andalan karena memiliki nilai ekonomis tinggi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement