Ahad 23 Nov 2025 17:06 WIB

Kontribusi Ekraf di Jabar Mendominasi Nasional Capai Rp 310 Triliun

Pertumbuhan ekraf juga berdampak langsung pada pasar tenaga kerja.

Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekraf, Teuku Riefky Harsya di acara Badan Ekraf Developer Day (BDD) 2025 bertajuk Accelerating Creative Transformation Through Digital Talent di Trans Hotel, Kota Bandung, akhir pekan ini.
Foto: Dok Republika
Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekraf, Teuku Riefky Harsya di acara Badan Ekraf Developer Day (BDD) 2025 bertajuk Accelerating Creative Transformation Through Digital Talent di Trans Hotel, Kota Bandung, akhir pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Provinsi Jawa Barat (Jabar) mendominasi dalam ekosistem ekonomi kreatif. Hal itu, ditegaskan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman. Menurutnya, Jabar berkontribusi terbesar terhadap PDB nasional ekonomi kreatif.

Bahkan, kata Herman, kontribusi Ekraf Jabar mencapai 20,73 persen dari PDB Ekraf Indonesia atau sekitar Rp 310 triliun, dengan pelaku usaha mencapai 6,2 juta orang, setara 20 persen nasional.

Baca Juga

"Sektor ekraf ini menjadi sektor yang sangat potensial untuk kami pacu, sehingga bisa menjadi leverage laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat," ujar Herman di acara Badan Ekraf Developer Day (BDD) 2025 bertajuk Accelerating Creative Transformation Through Digital Talent di Trans Hotel, Kota Bandung, akhir pekan ini.

Herman mengatakan, pada acara BDD sebanyak 80 persen peserta atau sebanyak 800 orang berasal dari Jabar. Ini menegaskan besarnya basis talenta daerah ini. Herman memastikan Pemprov akan melanjutkan pembinaan melalui coaching, mentoring, dan konseling agar pelaku Ekraf Gen W dan Gen Z naik kelas dan langsung terhubung ke industri. "Tugas kita adalah memberikan bekal, memfasilitasi. Insya Allah Jawa Barat one step ahead," katanya.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekraf, Teuku Riefky Harsya mengatakan, Indonesia berada dalam perlombaan besar di tengah tingginya kebutuhan global terhadap talenta digital. Untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen kompeten di bidang teknologi, pemerintah menggencarkan kolaborasi strategis dengan sektor swasta dan akademisi.

Salah satu upaya yang dilakukan, kata dia, dengan menggelar Badan Ekraf Developer Day (BDD) 2025. Kegiatan ini, diharapkan mampu menjadi kanal pemerintah, melahirkan developer digital, untuk menghadapi persaingan global.

Total ada 1.000 talenta digital yang hadir di BDD 2025, hasil kurasi dari 2.300 peserta oleh pakar industri. Tingginya angka inj menunjukkan besarnya keberminatan masyarakat di sektor digital. Menurutnya, BDD 2025 menjadi bukti keseriusan Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong transformasi ekonomi digital yang kini bergerak sangat cepat.

Ia menekankan posisi subsektor aplikasi sebagai poros paling kuat dalam pertumbuhan ekonomi kreatif nasional.

"Perkembangan investasi dari sektor ekonomi kreatif di semester pertama mencapai 66 persen, tetapi yang paling tinggi adalah dari sektor aplikasi. Baru fashion, kuliner dan kriya kemudian termasuk games, musik, dan lain-lain begitu," katanya.

Pertumbuhan itu juga berdampak langsung pada pasar tenaga kerja. Data BPS mencatat industri kreatif kini menyerap 27,4 juta pekerja, meningkat sekitar 1 juta orang dalam setahun. “Ini suatu lapangan kerja, peluang usaha yang perlu kita dukung, sebagai solusi mengurangi pengangguran dan mendukung generasi muda mempunyai skill lebih,” katanya.

Untuk mempercepat laju pendukung ekosistem, pemerintah menyediakan KUR Rp10 triliun khusus industri kreatif berbasis Kekayaan Intelektual, dengan plafon pinjaman hingga Rp500 juta.

Riefky mengatakan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jakarta, Kepri, dan Lampung sebagai wilayah paling potensial, disertai dorongan percepatan luar Jawa, termasuk Jayapura yang disiapkan menjadi tuan rumah 2026.

CEO Dicoding, Narenda Wicaksono mengingatkan, tantangan utama hari ini adalah kapabilitas untuk bersaing secara global, bukan sekadar memenuhi kebutuhan lokal.

BDD 2025 berfokus pada tiga jalur pelatihan yang menjadi kebutuhan paling besar industri teknologi modern yakni Mobile Development, Full Stack Development, serta Artificial Intelligence & Data Science. "Industri aplikasi bersifat universal, para pengembang di Indonesia harus memiliki kompetensi yang mampu bersaing secara global. Kita harus mencetak developer dengan kualitas dunia," katanya.

Narenda berharap, lulusan BDD 2025 mampu membangun jejaring internasional, melahirkan startup berdaya saing global, dan menembus perusahaan multinasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement