Senin 31 May 2021 20:38 WIB

Ridwan Kamil: Jabar Siaga 1 Terkait Kasus Covid-19

Ridwan Kamil mengatakan Provinsi Jabar siaga 1 terkait kenaikan kasus virus corona.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Foto: Republika/Abdan Syakura
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Provinsi Jabar siaga Covid-19 terkait kenaikan kasus virus corona yang disebabkan aktivitas mudik Lebaran 2021, seperti adanya kenaikan Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian ruang perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit wilayah Jawa Barat.

"Sedang Siaga 1, pertama terjadi kenaikan dalam BOR, biasanya turun. Minggu ini naik delapan persen dari 30,6 menjadi 38,2 persen. kenaikan ukurna BOR kalau sampai 10 persen itu ada lonjakan," kata Kang Emil seusai Rakor Penanganan Covid-19 di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung, Senin (31/5).

Baca Juga

Kang Emil menuturkan kenaikan kasus Covid-19 merupakan imbas dari libur Lebaran 2021 dan adanya warga yang melaksanakan mudik meskipun ada larangan melakukan mudik. "Karena libur Lebaran dan mudik yang bocor yang sudah kita upayakan. Mudah mudahan jadi pembelajaran. Apa yang kita upayakan untuk menghindari hal ini," katanya.

Menurutnya berdasarkan data yang diterima oleh pihaknya diketahui bahwa sejumlah rumah sakit di Jabar kembali penuh sehingga pihaknya meminta pengelola rumah sakit untuk segera mengalihfungsikan kamar perawatan umum untuk pasien Covid-19.

"Kemudian ada beberapa rumah sakit yang sudah dalam ambang batas. RS Al Ihsan, RS Immanuel, RS Santosa itu udah ada yang 70 persen, 80 persen, ada yang 90 persen. Dan iu sudah saya koreksi, kalau sudah ada 70 persen tolong segera mengalokasikan kamar yang untuk perawat umum untuk penyakit Covid-19," katanya.

Selain itu, Kang Emil juga meminta agar tiga daerah yakni Kabupaten Cianjur, Bogor dan Kabupaten Garut agar lebih waspada karena kenaikan kasus Covid-19 tinggi sedangkan angka kesembuhannya rendah.

"Saya mengingatkan tim di Satgas Cianjur, Bogor, dan Garut untuk memperhatikan kenapa kasusnya tinggi dan kesembuhannya rendah. Apakah penularan kurang terantisipasi atau obatnya juga kurang maksimal sehingga sembuhnya lama," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement