Rabu 01 Jun 2022 07:43 WIB

Penertiban PKL Alun-Alun Bandung Digencarkan

Penertiban guna dukung laju pembangunan ekonomi dan penataan lokasi ikonik.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Suasana di pedestrian atau kawasan khusus pejalan kaki, di Jalan Dalemkaum, Alun-alun Kota Bandung, sudah kembali normal. Para pedagang kaki lima (PKL) pun ikut meramaikan suasana. Meski demikian, sangat disayangkan para pengunjung dan pedagang banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Suasana di pedestrian atau kawasan khusus pejalan kaki, di Jalan Dalemkaum, Alun-alun Kota Bandung, sudah kembali normal. Para pedagang kaki lima (PKL) pun ikut meramaikan suasana. Meski demikian, sangat disayangkan para pengunjung dan pedagang banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satpol PP Kota Bandung Yayan Ruyandi mengatakan, Pemkot Bandung tengah menggencarkan penertiban pedagang kaki lima (PKL). Khususnya, PKL yang berada di wilayah sekitar Alun-Alun Bandung. Penertiban ini ditujukan untuk mendukung laju pembangunan ekonomi dan penataan lokasi-lokasi ikonik Kota Bandung. 

“Dalam upaya penertiban ini, Satpol PP akan menggencarkan relokasi penjual-penjual di zona merah ke area basement alun-alun,” kata Yayan saat dihubungi, Selasa (31/5/2022). 

Menurutnya, sebagai wajah dari Kota Bandung, Alun-alun Bandung sangat perlu dijaga ketertiban, keindahan dan kenyamanannya, salah satunya dengan menertibkan PKL ‘nakal’. Dia juga menekankan, pentingnya pengoptimalan fungsi fasilitas trotoar yang selama ini masih banyak dimanfatkan sebagai lapak jualan oleh para PKL ‘bandel’.

“Tindakan kita di lapangan bukan sewenang-wenang bukan arogansi, ini juga bukan keinginan satpol, tapi untuk masyarakat. Karena kalau trotoar kan harus aman dan nyaman untuk pejalan kaki,” katanya. 

Satpol, kata dia, sebenarnya hanya melakukan tugas. Namun, banyak masyarakat yang tidak sadar akan hal itu, malah berpihak ke pelanggar. 

Sementara itu, salah satu pedagang di Basement Alun-Alun Bandung, Aan (45 tahun) mengatakan, cukup kesulitan untuk bertahan berjualan di area basement. Pria yang telah berjualan sejak 1998 itu mengaku, omzetnya merosot tajam sejak direlokasi ke basement alun-alun, pada 2013. “Tapi, untungnya kalau akhir pekan cukup ramai, jadi masih bisa ketutup (kerugiannya),” kata Aan saat ditemui Republika. 

“Makanya kalau orang (pedagang) baru mah engga bakal kuat (di basement), kalau yang lama mah udah biasa keadaan kaya gini. Mayoritas emang yang udah disini dari zaman RK (Ridwan Kamil), kalau yang baru kebanyakan di atas, yang liar,” sambungnya. 

Dia mengatakan, sering tidak mendapatkan pembeli, khususnya di hari-hari kerja, terlebih setelah Pemerintah Kota Bandung memutuskan untuk menutup Taman Alun-alun. Alhasil, untuk menutupi kerugian, dia juga memiliki stan dagangan di area alun-alun atas atau zona merah. 

“Saya juga ada sih di atas, karena kalau andelin di sini aja mah susah, kalau yang di atas itu mah campur, ada yang baru ada yang dari bawah, lagian juga di bawah kan sepi, jadi engga ada pilihan lain,” ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement